- September 12, 2016
- 0 Comments
Apa menurutmu kejahatan terbesar yang paling tidak manusiawi?
bagi saya, plagiarisme adalah salah satunya. seseorang yang seenaknya mencuri hasil karya orang lain.
praktek plagiarisme tak dapat dibuktikan saat pemilik ide menuntut bahwa idenya di curi ketika ia tidak meninggalkan jejak apapun bahwa ide itu miliknya. misalnya, Andin yang suatu waktu membicarakan sebuah ide cemerlang-outline kasar yang akan ia gunakan untuk novel barunya-pada sahabatnya. Saat itu, ia tak terpikir untuk mendokumentasikan idenya melalui tulisan misalnya. dan sangat tidak menyangka ketika sang sahabat menerbitkan sebuah buku yang jelas-jelas menggunakan ide Andin. parahnya, si sahabat sama sekali tidak menyantumkan namanya alih-alih mengatasnamakan dirinya pada buku itu. pada akhirnya, semarah apapun Andin pada sahabatnya, tak merubah apapun. Andin tak memiliki bukti apapun bahwa itu adalah idenya yang telah dicuri oleh sahabat karibnya. Andin hanya bisa menyesali dirinya sendiri yang seharusnya menyembunyikan idenya jika ia tak berniat membuat dokumentasi apapun.
- May 24, 2016
- 0 Comments
-0-
Kami mulai bertemu sore tadi lantaran tugas kelompok yang harus kami kumpulkan di atas meja dosen kami sebelum pukul 10 pagi. Jadilah tiga sahabat; Aku, Vanya, Radit, dan dua kawan lainnya, Retno dan Jessi ngebut menyelesaikan tugas itu malam ini juga lantaran ancaman sang dosen yang sangat menakutkan itu. Katanya mereka tak akan lulus mata kuliahnya jika terlambat mengumpulkan tugas tepat waktu.
Langit sudah beranjak semakin gelap saat pelayan dimana mereka bertemu mengerjakan tugas malam ini menghampiri tempat mereka. Mencoba memberitahu sehalus mungkin bahwa kafe tersebut sudah waktunya tutup. Aku segera mengiyakan kala ia juga melihat beberapa pelayan tengah sibuk membersihkan beberapa bagian di kafe ini kecuali tempat mereka berlima.
- October 31, 2015
- 0 Comments
Judul : Sejarah Lengkap Syekh
Siti Jenar. Catatan Pencarian Spiritual Anak Manusia
Penulis : Sartono Hadisuwarno
Penerbit : Diva press
Terbit
pada : April, 2013
Halaman
: 238 hal.
Bahasa : Indonesia
Hingga sekarang, sejarah Syekh Siti
Jenar masih simpang-siur. Ada literature yang menyebutkan bahwa Syekh Siti
Jenar berasal dari cacing, ada yang mengatakan bahwa syekh Siti Jenar adalah
penyebar ajaran manunggaling gusti, ada yang mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar
termasuk anggota wali (yakni wali kesepuluh), …. (Sejarah Lengkap
Syekh Siti Jenar. Hal. 17)
Dari intro saja Sartono sudah mengajak pembacanya
untuk memikirkan siapa sebenarnya Syekh Siti Jenar itu? pertanyaan yang sangat
menggelitik memang, karena begitu banyaknya berita simpang siur yang tak pasti
tentang siapa itu Syekh Siti Jenar. Karena….
Bagaimanapun
juga, tidak terdapat bukti autentik yang menunjukkan sejarah (perjalanan hidup
hingga mati) Syekh Siti Jenar. Kecuali, hanyalah cerita karangan manusia yang
mengacu pada literatur-literatur yang sudah ada.( Sejarah Lengkap
Syekh Siti Jenar. Hal. 8)
- September 12, 2015
- 1 Comments
Title : Pasung Jiwa
Writer : Okky Madasari
Publisher : Gramedia
Published : May, 2003
Page : 328 pages
Language : Indonesia
“My life is a trap. My body is my first trap” (Pasung Jiwa, p. 9)
It is stated by ‘I’ point of view. Just by reading the first sentence in this novel, my heart beats fast as this challenges me to ask myself ‘Am I trapped to by my own life as well? like I in this story’. I open the next pages and I meet two unique characters; Sasana and Jaka Wani.
- September 05, 2015
- 0 Comments
Judul : Sang Alkemis
Penulis : Paulo Coelho
Alih bahasa : Tanti Lesmana
Desain sampul : Eduard Iwan Manopang
Penerbit : Gramedia Pustaka
Ukuran : 13 x 20 cm
Tebal : 216 hal.
--0—
Sesuai dengan
citranya sebagai filsuf, Paulo juga menjebarkan sisi filosofi kehidupan secara
terang-terangan di buku Sang Alkemis ini. Buku yang sarat akan pesan kehidupan
ini berhasil menginspirasi pembacanya dan telah dialihbahasakan dan
didistribusikan ke seluruh dunia.
Di dalam novel
ini, tersebutlah karakter seorang anak gembala bernama Santiago yang percaya
akan kekuat
- August 22, 2015
- 1 Comments
Judul : Surat Dari Praha
Penulis : Yusri Fajar
Penerbit : Aditya Media
Ukuran : 13 x 20 cm
Tebal : 162 hal.
----0---
Pernahkah anda
ingin pergi ke suatu tempat di sebuah negara namun masih belum terlaksana? Membaca
cerita dengan latar belakang yang ingin anda kunjungi nampaknya adalah salah satu
kepuasan batin sebagai pengganti sementara akan kerinduan kita berkunjung ke
tempat tersebut.
- July 19, 2015
- 2 Comments
Saya menulis cacatan ini untuk
ibu. Demi waktu – waktu yang telah beliau curahkan agar saya tetap berdiri
kokoh dan kuat.
- January 31, 2015
- 0 Comments
Genre: Fantasy, Fiksi Ilmiah
Sutradara: Philip Noyce
Produser : Jeff Bridges, Nicky Silver
Penulis Naskah : Michael Mitnick, Vadim Perelman
studio:
pemain: Jeff Bridges, Meryl Streep, Brenton Thwaites, Katie Holmes, Taylor Swift,Alexander Skarsgard, Odeya Rush
The Giver adalah film produksi Amerika yang keluar tahun ini, 2014. Awalnya saya tak terlalu tertarik untuk menonton film ini kalau saja saya tidak melihat nama Taylor Swift disana. Yap, Taylor Swift, penyanyi idola saya, rilis film keduanya... jadi yah, wajar kalau antusias.
![]() |
Rosemany (Taylor Swift) dan Ayahnya, The Giver. |
Film ini bertemakan futuristik - fantasi. Manusia hidup disebuah negeri berbentuk bulat dan sama sekali tidak berwarna. Hal itu dikarenakan manusia mengalami depresi berat sehingga mereka akhirnya hidup di atas langit, seperti sebuah daratan yang menggantung diatas awan, di negeri baru itu, semua hidup manusia sangat teratur dan cenderung perfeksionis. Memang lebih baik, tetapi keperkfeksionisan itu membuat hidup manusia menjadi tidak berwarna. Bahkan para dewas pengurus dunia baru itu menghapuskan 'perasaan' dalam hati manusia, membuat semua orang menjadi hilang kepekaannya.
- October 27, 2014
- 0 Comments
yippeee...
Errr, disini saya nulis #10Wishes buat blog saya tercinta ini.
so, here we go:
- October 26, 2014
- 0 Comments
Beauty Sleep menceritakan tentang seorang pria Amerika yang bersahabat kemudian jatuh cinta dengan seorang gadis Indonesia. cintanya pun di uji dengan kesetiaannya menunggu si gadis untuk bangun dari koma yang panjang.
Di dalam masa penantiannya, si pria menceritakan seluruh kisah hidupnya mulai dari ia kecil yang tinggal di sebuah panti asuhan, yang kerap kali merasakan kesepian dan mencicipi kehidupan kelam yang ia jalani bersama seorang sahabatnya yang kaya raya namun tak pernah memanfaatkan dan mensyukuri cinta orangtuanya dan kecukupan materinya, hingga ia dapat mengembara ke Indonesia dan bertemu dengan si gadis. si pria menceritakan semuanya dalam bentuk buku dan menulisnya sembari menunggu sang gadis di samping tempat tidurnya.
Jika dilihat dari penggunaan diksi dan alur cerita dari novel, dapat dikatakan cukup unik dan akan membuat pembaca penasaran mengenai siapa si gadis sebenarnya dan bahkan pembaca akan penasaran dengan nama asli karakter pria dan wanita, karena penulis merahasiakannya dan memberitahu pembaca kisah cinta dan nama kedua karakter di bagian akhir cerita atau epilog.
Over all, this book is recommended. selamat membaca
- November 30, 2013
- 0 Comments
Ehemm… ehemm…
*sedikit berdehem.
Sebenarnya tulisan ini
terinspirasi waktu membaca personal blognya Kak Dista yang membahas 10 things I
know to be true. Kak Dista ini seorang novelis dan penulis FF yang getol
menayangkan karyanya lewat blog fiksi namanya saladbowl. Dan saya termasuk
penggemar yang cukup senang mengobrak-abrik isi blog itu karena karya-karya
para penulisnya berbeda dengan para penulis FF kebanyakan.
Jadi secara gak sengaja waktu
bongkar-bongkar blog Kak Dista, saya menemukan 10 things I know to be true ini yang
ternyata terinspirasi dari web TED di salah satu pembahasan TED Conference.
Bagi yang belum tahu web ini, bisa di cek disini.
Oke,
kembali ke ‘10 things I know to be true’ versi saya.
Jadi,
ini dia daftar list dari ‘10 hal yang saya yakini kebenarannya’:
- Berbohong
pada orangtua adalah sesuatu yang paling nekad untuk dilakukan di dunia.
Karena aku yakin, seberapa pintar kita berbohong Ayah atau Ibu akan
merasakan kebohongan kita.
- Suatu
ketika aku akan bertemu dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad SWT dalam
keadaan tersenyum. Yah, meskipun sebelumnya aku pasti bakal merasakan
sakit dulu.
- Bumi
adalah satu-satu planet yang diberi kehidupan oleh sang Maha Kuasa. Alien
itu tidak ada, itu hanya penamaan fiksi yang diciptakan oleh segelintir
orang yang mencari sensasi dan keuntungan.
- Jika 80%
seluruh masyarakat Indonesia mencintai seluruh aspek budaya baik dalam
bentuk bahasa, musik, tarian, novel, film, sinetron, makanan, dan output hasil dari karya Indonesia
termasuk barang elektronik dan sebagainya (well, I’d like to say, all Indonesian’s products), maka aku
yakin Indonesia will be a truly Lion
of Asia.
- Banyak
sekali orang Indonesia jenius dan dibutuhkan di negeri orang ketimbang dibutuhkan
di negeri mereka sendiri, Indonesia.
- Melihat
berbagai pergolakan di bumi, maka perang dunia ke 3 akan benar-benar terjadi
di suatu saat nanti.
- Nabi
Adam adalah penduduk bumi pertama, bukannya dinosaurus. Suatu saat nanti
akan ada ilmuwan yang mengumumkan serta menjelaskannya secara ilmiah dan
seluruh dunia mengakuinya.
- I
don’t think Illuminati (dan semacamnya) really exists. ß yang ini karna aku
sependapat sama Kak Dista di tulisan ’10 Things I Know To Be True’-nya.
- Harga
keperawanan bukanlah a big deal to
deal about di jaman sekarang ini. Berbanding terbalik 180 derajat dari
jaman dulu. Azas ini berlaku untuk semua orang, baik orang-orang barat
maupun orang-orang timur (termasuk Indonesia).
- Ayah
adalah satu-satunya lelaki yang gak akan tega membuat anak gadisnya
menangis. yah, kecuali waktu kita masih kecil.
yeyyy... Finish :)
- November 14, 2013
- 0 Comments
sumber gambar: http://static.panoramio.com/photos/large/28879757.jpg
============================================================
Coconut tree, one of
many kind trees in Indonesia is representation of Indonesia’s tropical type and
it’s pretty good to be seen actually. Apparently, I look up at the three
coconut trees which I can see it from my window room. And what surprise me this
time is I realize that I’ve looked at it for about 5 minutes. They are
echanting. They swing their leaves that I can see it as its green hair or even
I imagine that the leaves are its hand that wear pom pom just like what
cheerleaders would do.
I’ve been thinking for
minutes why I’m enchanted to see these trees while I see it everytime through
my window. why?
The trees have so much
fun with a lot of sun rises they get, and the waving tiny and long leaves bring
happiness for me. I can feel that the sun, the trees, and the wind are playing
around in the middle of people’s activity, tiredness, the vehicle’s noisy
voices, and bad contaminated air. This phenomenon is interesting, right? I
immediately feel my tiredness and dehidration are decresing since I see their
happiness time.
I suggest you to look
at coconut tree which have fun by playing around with the sun rises and the
wind at the hot day. Absolutely, if you can see nearest coconut tree. kekekeke
- September 25, 2013
- 0 Comments
sumber gambar:http://www.blogcdn.com/www.engadget.com/media/2011/11/myford-2011-11-10-600.jpg
=======================================================================
“Apa
definisimu mengenai coklat?”
“Apa
ya? seperti warna kulitmu?”
“Hey!
Jangan hina warna kulitku!”
Aku
masih ingat percakapanmu denganku hari itu. Hari pertama kali kita bertemu di suatu
siang menjelang sore.
Ketika itu aku terkikik
sebentar dan berujar,
“Bagiku
coklat itu seperti kehidupan.”
“Kau
tak akan berfilosofi lagi kan?” Sergahmu.
“Kau ingin aku menjawabnya tidak?!”
Baiklah, aku mulai kesal denganmu untuk pertama kalinya.
“Baiklah.
Teruskan, Nona. Aku mendengarkanmu.”
Kau kemudian diam duduk
manis menatapku dengan tulus sesudahnya.
Ketika
itu aku mendefinisikan coklat sebagai salah satu potret kehidupan. Bahwa Jika
kau meminumnya dalam keadaan panas, kau tak boleh terburu-buru menenggaknya.
Karena seperti halnya kehidupan, kita tak boleh cepat-cepat berdalih sesuatu
sebagai salah maupun benar. Kita harus menelaahnya sedikit demi sedikit hingga
kita dapat menikmati kehidupan itu. seperti halnya kita dapat menikmati coklat
lezat yang tak akan membakar bibir dan lidahmu yang mungkin bahkan menimbulkan
sariawan, melainkan kita akan menikmati lezatnya coklat jika kita meminumnya
dengan perlahan. Namun, kau juga tak boleh terlalu lama meminumnya. Karena jika
minuman coklat panas itu terlalu pelan diminum maka kelezatannya akan hilang.
“Kenapa hilang? Kelezatannya hilang
karena diambil oleh angin?” potongmu lagi.
Demi
Tuhan, kau memang suka memenggal kalimat orang lain.
Aku
menceritakan alasannya setelah menunjukkan wajah kesalku padamu. Asal kau tahu
saja, sebelumnya aku benar-benar menahan diri untuk tidak menjitak kepalamu
karena waktu itu adalah hari pertama kita bertemu. Aku menjawab pertanyaanmu
dengan analogi coklat-kehidupan lagi. Karena jika kau terlalu lama memikirkan
hidup yang akan kau jalani, atau dengan kata lain jika terlalu banyak yang kau
pertimbangkan dalam hidup, maka aku jamin kau tak akan benar-benar dapat
menikmati hidupmu. Sama dengan rasa coklat yang semakin pudar karena kau
terlalu lama menunggu untuk meminumnya.
Kau
mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti dengan penjelasanku.
~
♪
Your eyes whisper ‘have
we met’?. Cross the room your silhouette
Starts to meet its way to me. The
playful conversation starts
Counter all your quick remarks like
passing note in secrecy ♪
Lagu
Enchanted milik Taylor Swift
mendendang mengiringi perjalanan aku dan kamu menapaki jalan tujuan kita.
Hey.
Kau yang menyetir disampingku, apa kau teringat sesuatu antara kita ketika mendengarkan
tiga baris lirik itu? Karena baru saja aku mengenangnya.
Ya,
seperti yang Taylor lukiskan dalam bait selanjutnya,
♪
And it was enchanting to meet you ~
All I can say is I was enchanted to
meet you ♪
Aku
sungguh menyukai momen itu. Ah, mungkin saat ini kau tak memikirkannya. Kau kan
sibuk menyetir.
“Eh,
siang-siang enak makan bakso kayaknya.” Ujarmu tiba-tiba. Namun, aku
mengacuhkanmu. Ketika mengucapkannya, kau seperti bertanya pada dirimu sendiri
karena tak mengalihkan pandanganmu barang sejenak kepadaku. Meskipun aku tahu
bahwa sebenarnya kau berbicara kepadaku.
Ingatkah
kau apa yang kurasakan di saat kita berdua pergi bersama untuk pertama kali?
Ah, bolehkah aku menyebutnya ‘berkencan’?
♪
This night is sparkling, don’t you let it
go
I’m wonderstruck blushing all the
way home ♪
~
“Kau suka kembang apinya?”
kau bertanya padaku yang sedang terpana dengan pertunjukan kembang api spesial
malam ini. Tentu saja aku sedikit mengacuhkanmu saat itu—maafkan aku.
Kau
menyenggol bahuku.
“Ah, apa?”
“Kau suka?” kau
bertanya lagi padaku kala itu. Lengkap dengan senyum mempesonamu.
“Suka sekali. Terimakasih.”
Aku membalas senyummu dengan senyum terbaik yang aku punya saat itu.
Ya.
Aku masih sangat ingat ketika kau berdalih mengantarku pulang ketika matahari
mulai beranjak menutup diri dengan awan hitam. Namun, setelah aku tahu bahwa
rute yang kau lalui bukanlah menuju rumahku, aku sadar yang kau lakukan kala
itu hanyalah untuk mengajakku kesebuah tempat dimana hanya kita berdua disana.
Aku bisa saja menyebutmu ‘Jahat’, ‘Dasar, pembohong’, atau bahkan berujar ‘Kau
mau menculikku?!’. Tetapi itu semua tak kulakukan. Justru aku menikmatinya, dan
aku amat beruntung ketika kau tak menanyakan padaku mengapa aku tak protes
waktu itu.
Tempat
itu hanya ada satu dua orang saja, selebihnya hanya hamparan ilalang sepi dan
sungai yang mengalun pelan. Kita duduk di salah satu sudut tanah berumput tebal
dekat sungai. “Tunggu lima menit lagi.”
Ujarmu kala itu. Dan aku menurut.
Dan
ucapanmu memang benar. Lima menit kemudian aku melihat pancaran api warna-warni
dalam ritme random namun indah di langit
yang kebetulan tak memunculkan banyak bintang saat itu. Aku sangat menyukainya.
Kau
menyandarkan kepalamu dibahuku dan aku kembali tak memprotes tindakanmu.
“Tak apa kan jika aku bersandar
sejenak seperti ini?” Ucapmu meminta ijin. Aku mengangguk
ringan dan tersenyum. Masih dengan menatap langit.
“Indah sekali.” Aku
tak bohong, aku benar-benar menyukai kerlipan api di atas sana.
“Yang disampingku juga indah.” Ucapanmu
padaku benar-benar membuat wajahku rasanya panas. Curang! Kenapa kau mengatakannya sambil menatap kearahku?!. Itulah
yang kurutukkan dalam hatiku saat itu. Kau tak tahu kan?
.
Malam
itu kau akhirnya mengantarku pulang setelah pertunjukan kembang api benar-benar
selesai.
Setelah
kau mengantarku ke rumah, aku tak henti-hentinya mengumbar senyum yang sekuat
tenaga selalu berusaha kusembunyikan walau akhirnya gagal.
“Lelaki itu pacarmu?” suara
Ibu seketika membuyarkan ayalku dengan pertanyaan yang menyentilku.
Aku
kelagapan menjawabnya.
Setelah
sadar aku baru tahu bahwa kedua tulang pipiku terasa capai. Ini karena kau!
~
Lagu
Enchanted Taylor akhirnya berhenti
berputar setelah terdengar lirik terakhir ditelingku,
♪
Please don’t be in love with someone else
Please don’t have somebody waiting
on you. ♪
Kau
menjulurkan tanganmu kearah radio depan kita. Perasaanku tak enak.
“Kau
mau apa? Menyalakan radio? Jangan!”
Aku buru-buru menghalang tangan kirimu yang hampir menyentuh pemutar frekuensi
radio.
“Kenapa
memangnya? Sudah berapa kali kau putar lagu itu? Apa tidak bosan? Sudah, kita ganti
putar radio saja, ya.”
Aku
menepuk punggung tanganmu dengan keras.
“Sudah.
Kau menyetir saja. Aku sedang senang-senangnya dengar lagu Enchanted-nya Taylor Swift, nih!”
Dan
kau akhirnya mengalah padaku. Aku tersenyum senang.
“Baiklaaaahhh,
kita dengar radio saja.” Ujarku akhirnya dengan ekspresi malas yang
kubuat-buat. Kau tersenyum senang dan berujar, “Kau yang terbaik.”
Aku
memutar channel radio untukmu.
Secara
kebetulan, channel yang paling jernih
sedang memutar lagu Taylor Swift berjudul Red.
Tanpa persetujuan darimu, aku memutuskan untuk memilih channel tersebut.
♪
Loving him is like driving a new Maserati
down a dead end street. ♪
“Astaga, Taylor Swift lagi!!” Rutukmu kepada
dirimu sendiri. Dan aku tertawa melihat reaksimu yang menurutku terlihat lucu.
“Kenapa?
Lagunya enak-enak kok, Sayang.” Ujarku menggodamu.
Kau
tak lagi menjawabnya dan masih menunjukkan wajah seakan-akan suntuk oleh suara
Taylor Swift. Tetapi aku tahu, kau hanya berpura-pura saja.
♪
Touching him was like realizing all you
wanted was right there in front of you
Memorizing him was as easy as
knowing all the words to your old favorite song. ♪
“Ngapain kamu senyum-senyum sambil lihat
ke aku?” Tanyamu padaku ketika sadar bahwa sedari tadi aku memperhatikanmu
dengan tersenyum.
‘Dua
baris lirik itu menggambarkan ekspresi hatiku terhadapmu, tahu!’, tapi aku tak mau
mengatakannya padamu.
“Tidak
boleh ya ngelihatin kamu? Ya sudah!”
Aku mengembalikan posisiku kembali tegak lurus kedepan setelah semula sedikit
miring kearahmu, pria yang kini mengemudi disampingku.
“Tuh kan, Marah lagi.” Kau mengerucutkan
bibirmu dengan lucu ketika mengatakannya. Ya, kau sangat gemar melakukannya
ketika kau menangkap sinyal tak baik dariku.
“Pasti
minum es kelapa muda bakal segar ya siang-siang gini.” Ujarku beralih topik. Aku mengipas-ngipas diriku sendiri
dengan tangan. Padahal kau maupun aku mengerti bahwa dinginnya ac mobilmu ini
bahkan dapat membuat seseorang tertidur sekalipun.
“Kau
mau? Kita bisa minggir sebentar, loh.”
Aku
menggeleng.
“Dasar,
suka sekali berganti suasana hati!” Kau menohokku untuk kesekian kalinya hari
ini.
“Terimakasih
loh ya.” Jawabku sarkastis.
“Sama-sama.”
Kau menahan senyum dan sesegera mungkin kau sumpal mulutmu dengan tangan
kirimu. Menyembunyikan lekukan setengah lingkaran dibibirmu.
Aku
mendengus sebal.
Kuputar
kembali mp3 yang tertancap pada lubang yang berada disekitar radio mobilmu. Menghentikan
sinyal radio yang suaranya menguar di seluruh sudut ruang mobil ketika kau
aktifkan.
“Pasti
mau muter lagunya Taylor Swift lagi.”
Ucapmu memperhatikan tindakanku.
“Hehe,
Iya.” Aku menyengir padamu.
Benar,
aku memang kembali memutar lagu enchanted
milik Taylor Swift. Entah mengapa aku keranjingan mendengarkan lagu itu
berkali-kali hari ini.
Lantunan
musik yang diiringi lirik-lirik manis Taylor semakin mempesonaku untuk
mengulang-ulang lagu itu,
♪
This night is sparkling don’t you let it
go
…
The lingring question kept me up
2 am who do you love
I wonder too I am wide awake ♪
“Kenapa
tiba-tiba tertawa?” tanyamu yang melihatku tertawa tanpa sebab.
“Entahlah,
lagu ini mengingatkanku waktu kamu nembak aku malam itu.” Wajahmu kontan
berubah kemerahan mendengarnya.
~
“Kamu masih belum mengantuk?” Tanyamu
waktu itu. Demi Tuhan, lelaki mana dengan pede-nya
menelepon seorang gadis hingga pukul 1 dini hari yang bahkan bukan kekasihnya
selain dirimu?
“Memangnya kenapa?” aku
berusaha masih sabar menjawabmu.
“Aku menyukaimu.” Aku
terpaku mendengar penuturanmu kala itu. Aku tak tahu harus seperti apa menjawabnya
.
“Halo. Kau masih disana?” Kau
kembali bersuara karena cukup lama aku terdiam saat itu.
Bukannya
bermaksud kejam dengan mengabaikanmu, tetapi aku terlalu terpana dengan apa
yang baru saja kudengar darimu. Baru kali ini seseorang menyatakan cintanya
padaku. Jadi, tolong jangan salahkan aku jika aku terdiam cukup lama.
~
“Makan
bakso, yuk?” Ajakmu dengan girang
ketika mobil yang kita tumpangi ini akan melewati sebuah warung bakso
favoritmu.
“Ayo
deh, aku juga ingin minum es kelapa muda sekalian.”
Kau
segera membelokkan mobilmu di ruang kosong sebelah warung bakso langgananmu
itu.
“Bakso
solo dan bakso urat satu porsi, juga es kelapa muda dua.” Ujarku pada salah
seorang pelayan setelah memasuki warung itu. kau lebih memilih mencari bangku
kosong untuk kita berdua. Membiarkanku memesankan bakso favoritmu, bakso urat.
Aku
mengetikkan sesuatu di handphone-ku
ketika kau beringsut berdiri hendak menambah kuah bakso,
Aku tak tahu seberapa lama hubungan
kita akan berlanjut. Apakah sebenarnya kita berjodoh? Aku, kamu, kita tak
pernah tahu selain Tuhan. Namun, dua hal yang kutahu saat ini: aku mencintaimu
dan kau membiarkanku tahu betapa kau juga mencintaiku. Dan aku sangat bersyukur
atas itu.
Pesan
itu tak segera aku kirimkan padamu, melainkan menyimpannya dalam kotak pesanku
dan akan menekan tombol ‘kirim’ sesampainya kita di rumah masing-masing nanti.
❝ Tuhan memberikan perasaan cinta
kepada semua umat manusia. Jika kau mencoba hapus rasa cinta yang Tuhan berikan
untukmu, maka hal itu sama seperti kau menolak mentah-mentah pemberian Tuhan. ❞
—Ilmiyatin—
- September 25, 2013
- 0 Comments
sumber gambar: http://www.colourbox.com/preview/4640158-788730-2013-calendar-september-colorful-torn-paper.jpg
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kau membuka lemari
pendinginku dengan gayamu yang masih sangat kuingat.
“Kau membuat jus Jambu
gak hari ini?” aku mengangguk menjawabnya. Masih berkutat dengan laptopku.
Mengambil jus jambu
kesukaanmu. Masih sama seperti yang dulu. Aku memperhatikan semua tingkahmu
yang masih banyak tak berubah seperti dulu. Dari sudut mataku tentu saja.
Lihat, bahkan tanpa
mengarahkan mataku dan tubuhku saja aku masih bisa mengamatimu. Kau pasti tak tahu itu.
“Lay, kau mau kuambilkan
juga?”
Aku menaikkan kacamataku
dan melihatmu. Tak tahan hanya dengan melihatmu dari sudut mata saja, itu tak
cukup bagiku.
“Tidak, buat kamu saja
semua. Ntar aku buat lagi.” Kau membalasnya dengan senyum lebar serta loncatan
kecil yang kau buat. Aku berusaha tersenyum setipis mungkin, setidaknya agar
lesung pipiku tak terlihat.
~
September, 2013
-
Sebagai seorang pria
aku rasa terlalu berlebihan jika harus memperhatikan refleksi diriku dalam
waktu yang cukup lama didepan cermin. Ah, aku tak tahu mengapa gugup sekali
hari ini untuk bertemu dengannya. Aku pun dia telah membuat janji untuk bertemu
di salah satu kafe langganan kami, tentu saja untuk memperingati hari jadian
kami setelah setahun bersama. Kira-kira warna baju apa yang dia pakai? Hijau?
Ya, gadis itu penggemar warna hijau. Tapi aku tak begitu pantas pakai warna
hijau. Ah, mungkin aku pakai biru denim saja lah.
Sedari pagi aku tak
menghubunginya sama sekali demi hari ini. Yah, aku memang berencana tidak
menghubungi gadis itu semenjak percakapan kami via telepon semalam perihal
rencana date kami. Biarlah!
Tapi, rasanya sedikit
aneh jika gadis cerewet seperti dia tidak mengamuk padaku dengan menghujaniku
tumpukan pesan singkat.
Mungkin dia akan protes
padaku waktu kita ketemu nanti? Ah, mungkin saja. Lagi pula aku tetap menyukainya
bahkan walaupun ia memarahiku.
-
“Maaf aku terlambat,
sayang.”
“Tak apa.” Dingin. Apa
dia benar-benar marah padaku?
“Kau marah? Tadi itu
aku terjebak macet, sayang.”
“Tidak. Tak apa.” Ia
lagi-lagi mengucapkannya dengan dingin.
“Apa kau sudah memesan?
Kalau belum aku saja yang memesankan.”
Namun, ia mengurungkan
tanganku yang hendak terangkat untuk memanggil pelayan.
“Aku sudah pesan. Aku
pesankan frappuccino untukmu.”
Ujarnya, kali ini dengan tersenyum.
“Right, aku memang mau pesan itu.” aku membalas senyum manisnya
dengan tulus.
Gadis favoritku tak
banyak bicara sore ini. Kenapa dia?
“Lay, ada yang sangat
ingin aku bicarakan padamu.”
“Ya? aku pasti akan
mendengarkanmu. Apa it …”
Sebelum aku selesai
mengucapkan kalimat tanyaku, ia mengusung jari telunjuknya padaku. Membungkam
mulutku dan berujar, “Sebelum aku menjelaskannya. Maukah kau berjanji padaku?”
“Anything for you.” Jawabku
Gadis itu menjelaskan
padaku apa yang harus kujanjikan padanya, bahwa aku tak akan membuang apapun
benda yang ada diatas meja ini, tidak akan membanting pintu kafe ini, tak akan
mengeluarkan kata makian, dan dua kata terakhir yang membuatku khawatir ‘Jangan
menangis’.
“Apa yang akan kau
katakan? Katakan dengan cepat dan singkat.”
Gadis itu menghela
nafas berat sedangkan aku menahan nafas.
“Aku ingin kita putus,
Lay” aku terkesiap dengan penuturannya.
“Ke … kenapa?”
“Kau pantas mendapatkan
yang lebih baik dariku.”
“Tunggu, apa maksudmu?
Kau yang terbaik, Rhea. Aku … ” aku merebut jari-jari lentiknya, namun ia
melepaskan tanganku.
“Tolong, biarkan aku
pergi.”
Aku kaget hingga tak
tahu harus mengeluarkan ekspresi wajah seperti apa padanya. Dia, aku sangat
mencintainya.
“Ayo, aku antar kau
pulang.” Itulah pilihan kalimat yang terlontar untuknya. Aku tak tahu mengapa
aku memilih kalimat itu alih-alih meminta penjelasan darinya. Aku memasukkan
kembali bungkusan kado kotak kecil dalam saku celanaku yang sebelumnya hampir
kukeluarkan.
Ia sempat menolak
tawaranku, namun aku mengambil pergelangan tangannya dan menuntunnya menuju
mobilku.
-
“Lay, maafkan aku.” Aku
mengabaikannya.
“Kau berjanji padaku
untuk tak menangis kan?” aku masih mengabaikannya dan menekan lebih kencang gas
kemudiku hingga sedikit di atas batas normal.
“Lay … Bahaya …”
Aku tak menoleh padanya
sedikit pun dan berujar dengan dingin padanya, “Diam, Rhe.”
~
“Kau sekarang jalan
dengan Kris ge, kan?”
Kau hampir menumpahkan
jus jambu yang hendak kau masukkan dalam gelas. Kau mengurungkan niatmu untuk
menumpahkan jus jambu lebih banyak lagi. Kemudian menghampiriku duduk berseberangan
denganku, disalah satu sudut sofa panjang yang sering sekali kau duduki dan
kutiduri ketika kau menginap disini.
“Lay …”
“Tak apa, aku hanya
menanyakannya.”
“Lay, aku …”
“Tak masalah. Kris ge
lebih keren dariku, tak heran banyak gadis tergila-gila padanya. Kau tahu aku
tak akan percaya bila ada gadis yang menolak cinta lelaki macam Kris.” Aku
tersenyum getir ketika mengatakannya.
“Maaf.”
“Tak perlu minta maaf,
seseorang tak akan masuk penjara jika harus berpindah hati …”
“Santai saja,” lanjutku
Kris ge adalah salah satu rekan kerjaku dan
sahabat dekatku, ia memang tipe lelaki yang tak mudah terbuka soal
percintaannya. Dua bulan lalu, aku mengenalkan Kris dengan kekasihku dan tak
kusangka merekalah yang kini pasangan kekasih diantara kami bertiga. Butuh
waktu seminggu untuk mengendalikan perasaanku dan menerima kenyataan yang harus
kuhadapi.
“Lay, percayalah waktu
itu aku berusaha meredam perasaan ini.”
“Dulunya kan?” kau
gelagapan menjawab pertanyaanku ini. Dan memilih menenggak habis jus jambu
ditanganmu.
“Perjuanganku selama
ini sia-sia ternyata. haha” aku tak kuat menahan gemuruh hatiku
yang-kau-pun-tak-akan-dapat-membayangkan-perihnya.
“Tolong jangan seperti
ini.” Kau terisak. Tuhan! kenapa kau mudah sekali menangis?! Kau tahu aku
selalu tak tahan jika melihat kau menangis apalagi jika aku penyebabnya.
“Kalau tak tahan kau
bisa pulang sekarang.”
Aku tak percaya dengan
apa yang baru saja kukatakan. Aku
mengusir gadis yang butuh waktu hampir satu setengah tahun bagiku untuk tahu
namanya?.
“Kau mengusirku?”
Aku mengacak rambutku
gemas. Tolong jangan perlihatkan ekspresi
seperti itu padaku, Rhea-ah.
“Kris ge akan
menjemputmu, kan? Aku akan telfon dia sekarang.”
“Tak usah, aku naik
taksi saja.” Kau beringsut sambil memakai tas bahu kesayanganmu, bersiap menuju
pintu apartemenku.
“Rhea-ah…” aku berjalan mendekatinya.
Mengeluarkan sesuatu dari ceruk celana santaiku.
“Aku yakin ini milikmu,
aku sungguh tak tahu kepada wanita mana lagi ini harus kuberikan.”
“Anting?” Ucapmu dengan
mulut berbentuk ‘O’. aku dapat melihat bahwa airmatamu seketika mengering.
“Dulu aku hendak
memberikannya padamu ketika kita bertemu untuk hari kebersamaan kita setahun.”
Aku menjelaskannya dan melihatmu dengan ekspresi semakin terpana melihat
sepasang kilauan anting.
“Aku tak tahu kau akan
suka atau tidak. Jika kau tak suka, kau bisa membuangnya atau bahkan
menjualnya. Aku tak peduli dan jangan ceritakan padaku apa yang akan kau
lakukan pada anting itu. …” aku menggantung kalimatku sesaat, menarik nafas
panjang.
“Yang terpenting aku
merasa lega telah memberikan ini padamu.”
-
SELESAI
-
- September 22, 2013
- 6 Comments