[RESENSI] Sejarah Lengkap Syekh Siti Jenar
September 12, 2015
Judul : Sejarah Lengkap Syekh
Siti Jenar. Catatan Pencarian Spiritual Anak Manusia
Penulis : Sartono Hadisuwarno
Penerbit : Diva press
Terbit
pada : April, 2013
Halaman
: 238 hal.
Bahasa : Indonesia
Hingga sekarang, sejarah Syekh Siti
Jenar masih simpang-siur. Ada literature yang menyebutkan bahwa Syekh Siti
Jenar berasal dari cacing, ada yang mengatakan bahwa syekh Siti Jenar adalah
penyebar ajaran manunggaling gusti, ada yang mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar
termasuk anggota wali (yakni wali kesepuluh), …. (Sejarah Lengkap
Syekh Siti Jenar. Hal. 17)
Dari intro saja Sartono sudah mengajak pembacanya
untuk memikirkan siapa sebenarnya Syekh Siti Jenar itu? pertanyaan yang sangat
menggelitik memang, karena begitu banyaknya berita simpang siur yang tak pasti
tentang siapa itu Syekh Siti Jenar. Karena….
Bagaimanapun
juga, tidak terdapat bukti autentik yang menunjukkan sejarah (perjalanan hidup
hingga mati) Syekh Siti Jenar. Kecuali, hanyalah cerita karangan manusia yang
mengacu pada literatur-literatur yang sudah ada.( Sejarah Lengkap
Syekh Siti Jenar. Hal. 8)
Keberadaan Syekh
satu ini memang membawa kontroversi karena memang tidak ada bukti nyata apalagi
tertulis tentang sejarah perjalanannya, namun bukti fisik yang menunjukkan
bahwa Syekh Siti Jenar benar-benar ada adalah ditemukannya makam beliau di desa
Balong, Kecamatan Kembang, kota Jepara. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa
sebenarnya Syekh Siti Jenar dimakamkan di bawah tempat imam masjid Demak.
Di buku
tersebut, Sartono menuturkan bahwa Syekh Siti Jenar masih memiliki hubungan
darah dengan Sembilan Waliyullah yang ujung-ujungnya masih keturunan nabi
Muhammad SAW. Jadi, tidak mengherankan juga jika diantara kita ada yang pernah
mendengar bahwa Syekh Siti Jenar adalah waliyullah tertinggi. Namun, bagaimana bisa disebut wali tertinggi
jika ajarannya dianggap menyimpang? Penulis buku ini menjabarkan dengan sangat
runut dari awal sekali hingga ketika jasad Syekh Siti Jenar dimakamkan oleh
wali sanga.
Syekh Siti Jenar
memiliki lebih dari satu panggilan yaitu Syekh Abdul Jalil, sitibrit, dan juga
Lemah Abang. Menurut silsilah keluarga intinya, Syekh Siti Jenar adalah putra
dari seorang ulama Malaka (Malaysia) yang bernama Syekh Datuk Shaleh bin Isa
Alawi bin Ahmad Syah Jamaludin Husain bin Syekh Abdullah Khannuddin bin Syekh
Sayid Abdul Malikal-Qazam. Beliau dilahirkan di kota Cirebon pada tahun 829 H/
1348 C/ 1426 M.
Dulunya, Syekh
Siti Jenar mengabdi ilmu agama Islam di pesantren Giri Amparan Jati. Syekh Siti
Jenar adalah seorang santri yang cerdas. Bahkan hafal al-Quran pada usia
delapan tahun. Sartono sendiri berkata bahwa kecerdasan Syekh Siti Jenar hampir
sebanding dengan kecerdasan Imam Syafi’I yang sudah hafal Al-Quran pada usia 7
tahun.
Semasa awal ia
mempelajari Islam, Syekh Siti Jenar melancong ke berbagai tempat agar ia tahu
ilmu kemakrifatan, agar ia selalu merasa dekat dengan Allah. Beliau pergi ke
banyak tempat hingga luar negeri dan bertemu dengan banyak orang serta berguru
pada mereka. Ia bahkan pernah berguru ke Samsitawratah (Seorang Hindu yang
memahami hikayat kitab Catur Vipala) meski ia akhirnya belum mendapatkan
tujuannya berguru, Haji Nashuhah (seorang mantan bajak laut yang sekarang tidak
mengelu-elukan duniawi), dst. Sampai akhirnya ia bertemu dengan ulama-ulama
dari negeri Arab yang diawali oleh pertemuannya dengan Husein bin Amir Muhammad
yang duduk disampingnya saat di kapal. Dalam perjalanan spiritualnya di negeri
Arab, beliau bertemu dengan banyak ulama disana hingga ia bergabung sebagai
anggota jamaah Thariqat Syathariyah.
Bergabungnya
Syekh Siti Jenar dengan Thariqat Syathariyah telah membawa dampak yang besar
dalam diri beliau.
Setelah dirasa
cukup melakukan melakukan perjalanannya, Syekh Siti Jenar mulai menyebarkan
ajaran dan ilmu yang di dapat kepada para santrinya di tanah Jawa. Nah, ajaran
yang beliau bawa ini yang ditentang oleh kerajaan Demak juga para wali sanga.
Inti dari ajaran
Syekh Siti Jenar ada 7 yang ia landaskan menurut dalil dalam Al-Quran. Namun pengertian
yang ia berikan dianggap ngelantur dan salah kaprah. Ia mengajarkan pada
muridnya bahwa manusia yang hidup di bumi ini adalah sekelompok mayat.
Kehidupan di dunia adalah kehidupan fana yang didalamnya ada neraka sedangkan
kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang abadi. Menurut ajaran beliau,
Allah itu melebur dalam diri setiap manusia. Dalam kehidupan manusia di bumi, akan
selalu disertai oleh campur tangan Tuhan berbeda dengan kehidupan setelah
kematian. Ruh manusia akan hidup sendiri.
Dalam menegakkan
ajarannya, Syekh Siti Jenar tak melakukan shalat lima waktu, berzikir, bahkan
menginginkan kematian. Sehingga pada masanya, banyak murid-muridnya yang
menjadi majnun (gila). Mereka membuat
keonaran ditengah masyarakat hanya agar mendapat siksaan oleh warga lalu
meninggal. Mereka dihantui ketakutan hidup di dunia.
Diakhir cerita,
wali sanga mendatangi Syekh Siti Jenar agar beliau mau ke masjid Demak dan
mempertanggung jawabkan ajaran sesatnya atau beliau akan dibunuh. Namun beliau
bersikukuh tak mau ke masjid Demak bahkan beliau sempat mencemooh para wali dan
juga ajarannya. Bahwa merekalah yang sesat.
Namun, para wali
tidak membunuh sang Syekh. Syekh Siti Jenar wafat dengan caranya sendiri. Ia
mengunci semua indera pernafasan dan memusatkan pikirannya hanya kepada Allah
SWT. Cara meninggalnya ini diikuti oleh para santrinya.
Ironinya, meski
ajarannya dianggap sesat namun jasad sang Syekh mengeluarkan wangi-wangian
surga dan memancarkan sinar. Untuk menghalang ajaran sang Syekh menyebar, wali
sanga mengubur mayat sang Syekh di bawah tempat imam masjid Demak, dan
mengganti mayat dalam kerandanya dengan bangkai anjing kudisan yang telah di
selimuti oleh kain kafan.
Buku ini sungguh
menarik bagi saya. Sartono menjawabarkan sejarah penyebaran Islam Syekh Siti
Jenar yang menganut faham sufi. Ia mengajarkan makrifat pada murid-muridnya.
Menariknya, setelah
membaca buku ini, ajaran Syekh Siti Jenar tidak sepenuhnya salah. Sisi yang
bisa saya ambil pelajarannya adalah; Memang benar manusia adalah wakil Tuhan di
bumi, dan kehidupannya harus atas dalil Al Quran. Sebagai hamba Allah kita juga
harus bermakrifat; mengingat Allah dalam setiap nafas kita. Namun selain
mengambil sisi tersebut kita juga tidak bisa mengesampingkan ajaran wali sanga
yang lebih berlandaskan syariat ketimbang makrifat (seperti yang diajarkan sang
Syekh) kita menjalani kodrat kita di bumi sebagai manusia yang saling menjaga,
menjalankan peran sebagai hamba Allah yang menjalankan kelima rukun Islam.
Wallahu a’lam
Tanjung
Pinang, 9/12/2015
1 komentar
gk percaya aku.. kalo syeh siti jenar Lahir di jawa.. ? . karena banyak versi cerita tentang sejarah syeh siti jenar.. jadi membingungkan.. yg pasti murid2 nya pada ngawur.. beda cerita semuanya .
ReplyDelete