=========================================================================
Orang-orang biasa memanggilku,
“Hey, Kid?!” atau terkadang “Hallo, Dear” dan semacamnya. Well, aku tidak
keberatan sama sekali. Orang dewasa memang ramah, mereka menyapaku meskipun
aku—sering sekali tidak membalas sapaan mereka. Bahkan mereka dengan senang
hati menjawil pipi tembemku atau serta merta memelukku bahkan menciumku tanpa
permisi. Bentuk protesku biasanya hanya berusaha menghindar saja—meskipun kerap
gagal, tak lebih dari itu.
Dan kali ini, aku bertemu dengan
salah satu dari sekumpulan orang dewasa yang banyak dari mereka menjadi
favoritku. Dia guruku, guru salah satu mata pelajaran favoritku. Aku dan
teman-teman menyapanya pagi itu. Kemudian seperti biasa ia membalas sapaan kami
dengan senyum ramahnya.
“Good morning too, Kiddies.”
Begitu katanya. Seperti kemarin—dua hari yang lalu, dan seterusnya.
Dia menghampiriku dengan tangan
terlipat di dada. “Where is your book? Wanna say that you forgot to bring for
couple of times, Richard?”
Aku berusaha mengempiskan badanku,
merunduk dan memasang wajah memelas.
Namun gagal.
“Try to find it”
“Fine, teacher” ujarku sembari
beranjak naik. Dengan susah payah. Entahlah, pagi ini aku lemas sekali, padahal
mom sudah memberiku sarapan sandwich cracker isi tuna kesukaanku.
- October 30, 2014
- 0 Comments