(Super Short Fiction) Xiu's Medicine
September 06, 2013
=================================================================
Ding … dong …
Apartemen
XianLing berdenting ditengah kesibukannya meracik minuman hangat dari jintan hitam
dan ginseng merah, Ia memang segera melakukan racikan itu untuk menyambut
kekasihnya yang akan datang kepartemennya 15 menit begitu menerima pesan itu.
Ia
berlari kecil meninggalkan sejenak minuman yang hampir jadi itu dan bergegas
menuju pintu untuk membukakan si pemencet bel apartemennya.
Disana
ia menemukan kekasihnya terpaku didepan pintu dengan wajah pucat.
“Astaga!
Cepat masuk, Oppa.” Wanita bernama Xiang Ling tersebut dengan tergopoh
menggandeng lelakinya dan menuntunnya keruang tengah apartemennya.
Di
salah satu sudut sofa itu, Xiumin menselonjorkan kedua kakinya diatas meja kaca
Xian dengan punggung mengendus bantalan sofa dengan asal.
“Kau
bahkan belum mengganti pakaian yang kau kenakan ketika sedang on air di radio Shim Shim Tapa tadi, Oppa.” Xian mengoceh dari balik pantry mungil didapurnya, menyelesaikan racikan
jintan hitam dan ginseng merah traditionalnya.
.
“Rasanya
badanku seperti dimasuki sekarung batu kerikil tajam. Membuat badanku susah
digerakkan, Xian.” Ujarnya merespon kata-kata Xian untuknya sembari membantu
gadisnya menaruh secangkir racikan Xian berwarna gelap itu diatas meja.
“Apa
ini?.” Ujarnya memandang aneh cairan dalam cangkir putih itu.
“Itu
racikan jintan hitam yang dicampur dengan ginseng merah, Oppa. Sangat bagus
untuk kesehatanmu.”
“Jangan
memandangnya dengan ngeri begitu, Oppa. Aku jamin minuman itu akan terasa
hangat dibadan ketika kau meminumnya dan sangat bagus diminum ketika capai.”
Xian menimpali dengan cepat ekspresi ngeri yang Xiu tunjukkan ketika menengok
kedalam cangkir.
“Masih
terlalu panas, Xian. Aku akan meminumnya kalau sudah sedikit menghangat nanti.”
setelah
Xiumin mengatakan kalimat itu dan benar-benar menaruh cangkir itu diatas meja, Xian
merasakan pundak kirinya memberat karena Xiu.
“Aku
lelah, ngantuk, dan tak enak badan.” Ceracaunya lagi.
“Oppa,
istirahatlah. Lagian kenapa kau iyakan saja acara variety show makan-makan yang membuat orang menjadi rakus itu? kau
tak khawatir dengan pencernaanmu?.”
Xiu
menjawabnya dengan hempasan nafas cukup panjang. Masih dengan kepala yang
disandarkan dibahu kekasihnya, dan Xian sama sekali tak memprotesnya.
“Menurut
referensi yang kudapat minuman yang kubuat, minuman itu bagus juga untuk
pencernaan yang bermasalah loh, Oppa. Aku membuatnya karna berfikir, mungkin
makanan overload itu menyerang pencernaanmu dan membuatmu tak
enak badan lagipula … ” belum selesai Xian menjelaskan pengetahuannya mengenai
jintan hitam dan ginseng merah, Xiumin menyelanya dengan berujar,
“Aku
sangat rindu padamu, Xian.” Kini tak hanya kepalanya yang menempel dibahu gadis
itu, namun tangannya pun bergerak menggapai jemar-jemari lentik gadis itu.
Berusaha merebut kehangatannya.
“Kau
rindu padaku? Bukankah kau pernah bilang bahwa aku selalu muncul dalam benakmu
selama putaran 365 hari penuh?.” Gadis itu menoleh demi melihat raut wajah
lelakinya dengan membuat ekspresi lucu diwajah manisnya.
“Memang.
Tapi terkadang dengan kau muncul dibenakku saja tak cukup bagiku, aku juga
butuh kau yang nyata disampingku, Xian.”
Tak
ayal, ucapan Xiumin menimbulkan dua bundar pink diwajah Xian. Ia membuat Xian
salah tingkah dan bersemu karena malu.
“Oppa,
cepat minum ini. Besok kau masih punya rentetan kegiatan kan?.” Ucap Xian
tergesa dengan menyondongkan cangkir berisi campuran jintan dan ginseng itu.
cangkir itu tak lagi mengepulkan asap sebanyak 3 menit yang lalu.
“Hey,
kenapa kau menghindari tatapanku? Kau malu?.” Xiu menggodanya dengan
mencondongkan badannya agar dapat menatap lebih lekat wajah gadisnya.
“Dan
kau bau, Oppa. Cepat mandi dan minum racikan buatanku ini sebelum dingin.” Xian
memukul-mukul gemas Xiu dengan bantal kecil sofanya.
“Baiklah
… baiklah … aku akan minum ini sekarang, tapi mandinya nanti saja. Oke?!.” Xiu
segera meneguk habis isi cangkir itu dan kembali merebahkan kepalanya dibahu
gadis itu sembari menggenggam tangannya.
“Oppa,
bahuku terasa capai.”
“Baiklah,
gantian saja.”
.
Diruangan
itu, tv tidak menyala, ponsel Xian maupun Xiumin dalam keadaan mati, tak ada
musik sama sekali juga tak ada suara apapun. Ruangan itu sangat sepi, namun
mereka berdua menikmatinya.
—selesai—
0 komentar