(Super Short Fiction) Fall in The First Sight
September 06, 2013
========================================================================
Ah, Tak meleset sedikitpun dari
dugaanku. Hari ini pun ia datang tepat dijam biasanya
bisiknya dalam hati.
Pemuda
itu berjalan menghampiri gadis yang menjadi langganan kafe tempatnya bekerja
setahun terakhir.
.
“Saya
pesan coffe americano satu,” gadis itu tersenyum manis sembari menatap kearah
pemuda berbalut apron hijau lumut
yang menutup bagian depan badannya.
Tubuh
dan otaknya membeku selama beberapa detik demi memperhatikan setiap inci yang
ada diwajah gadis itu, terutama lekukan hampir setengah lingkaran yang indah
bibirnya.
“Ba
… baik, uh … mohon tunggu sebentar, nona.” Ucapannya terdengar terpatah-patah,
bahkan sesungging
senyum berlesung pipi tunggal yang biasa ia pamerkan pun
susah tercipta kala itu.
Tak
ada yang menyadari bahwa sesungguhnya lelaki itu gugup didepan gadis pemilik
senyum manis warna merah cherry. Tak tahan dengan kegugupannya, kakinya segera dipaksanya
untuk meninggalkan meja berpenghuni gadis itu dan menyembunyikan diri dibalik pantry rendahnya. Disana ia menyibukkan
diri berusaha bergelut dengan cangkir dan racikan kopi americano juga otak dan
hatinya yang sedang berisik semenjak bertemu dengan gadis itu untuk pertama
kali.
.
Dadanya
berdegub teramat kencang hingga seakan ia takut jika gadis itu mendengar
jantungnya yang menggila dentumannya
tatkala ia kembali menghampiri si gadis dengan secangkir manis berisikan coffee
americano. Masih dengan apron
hijaunya.
Kali ini aku harus tersenyum.
Usiknya dalam hati. Lelaki ini memang paling tahu perihal bagian paling menarik
dari wajahnya yang berlesung pipi.
Setidaknya ia harus tau kalau aku
tampan ketika tersenyum kan?
“Terimakasih,”
gadis itu kembali memamerkan sunggingan indah merah cerry-nya ketika secangkir
americano telah hadir dihadapannya.
“Silakan
menikmati,” kali ini lelaki itu berhasil mengucapkannya dengan menghadirkan
lesung pipi tunggalnya sembari membungkuk hampir 90derajat dihadapan si gadis.
Namun ketika Lay—nama si lelaki—berbalik
hendak kembali ke pantry, langkah
yang sudah diciptakan sebanyak dua langkah itu terhenti tiba-tiba dan tanpa
aba-aba resmi Lay berbalik menuju meja gadis itu dan berujar,
“Namaku
Lay. Zhang Lay,” ujarnya mendadak. Wajahnya yang memerah itu tertekuk seakan
berusaha disembunyikan. Tidak. Lay tak bisa bersembunyi lagi dari gadis itu
karna tingkah dirinya sendiri.
Si
gadis membeku selama sekitar 5 detik demi berusaha mencerna tindakan spontan
dari lelaki yang kini diketahuinya bermarga ‘Zhang’ itu. bibirnya menganga
dengan alis bertaut untuk 5 detik.
Bodoh! Apa yang aku lakukan?!!!! Rutuk
Lay atas tindakan konyolnya.
“Ah,
lupakan nona. Aku sedang mengigau.” Ralat Lay cepat setelah tindakan ‘aneh’nya.
Pemuda
itu segera berbalik berusaha menghindari tatapan bingung dari gadis itu. Tak ada seorang pun, tak juga gadis itu, yang dapat
mengukur betapa malunya ia ketika melakukannya.
Namun,
“Aku
Han Rhea.” Itulah jawaban yang akhirnya terlontar dari bibir warna cerry gadis
itu untuk Lay.
Lay
tersenyum sangat lebar mendengarnya.
Dan
lagi-lagi, hanya ia yang tahu alasan senyuman lebarnya saat itu. Mungkin juga
gadis bernama Rhea itu.
—selesai—
0 komentar