Film bersubsidi

March 01, 2011

Suatu waktu ketika saya menonton berita di tv, pemerintah menetapkan bahwa tak aka nada lagi film luar yang masuk ke Indonesia. Mereka bilang karna pajak film luar mulai naik, dan mereka tak dapat mengimbangi kenaikan pajak tersebut. Tapi bagaimana bisa mereka tak dapat mengimbangi kenaikan pajak sementara mereka memenuhi para koruptor untuk mengeruk kekayaan negara? Sungguh hebat kan negara kita.

Ketika acara berita tersebut meminta pendapat masyarakat tentang hal itu, beginilah beberapa pendapat dari mereka.

“bagaimana bisa kita dijejali oleh film-film yang tak bermoral seperti film-film Indonesia?”

“lebih baik saya menonton film luar daripada menonton film Indonesia yang tak jelas alur ceritanya itu”

“apakah saya harus menonton film Indonesia yang berbau seks itu?, sangat sedikit film yang benar-benar film”

Mungkin saja sebentar lagi bioskop di Indonesia sebentar lagi akan banyak yang gulung tikar. Bagaimana tidak, masyarakat Indonesia lebih mencintai film-film luar negeri daripada film dalam negeri, pasalnya sangat sedikit sekali film Indonesia yang benar-benar film. Selebihnya adalah film-film yang tak begitu jelas konsep ceritanya, misalnya saja film-film horor hampir semua dari mereka adalah film horor yang lebih mengarah pada seksualitas, hanya satu dua butir film yang benar-benar ber-genre horor. Contoh lain adalah sinetron, tidakkah kalian sadari bahwa sinetron-sinetron Indonesia adalah produksi perfilman yang konsepnyapu tak begitu jelas, alur cerita yang itu-itu saja, dan yang paling penting adalah pesan moral, pesan moral apakah yang kita dapatkan dari sinetron? Paling-paling orang akan takut untuk berbuat kebaikan, karna orang yang berbuat baik selalu ditindas. Hufh.

Memang saya menyukai beberapa film Indonesia seperti Laskar Pelangi (dan semua film yang diadaptasi dari novel Andrea Hirata), Denias. Kemudian Keramat (film genre horor yang sesungguhnya).semoga film-film tersebut menginspirasi para produksi film lain untuk menghasilkan film lain yang bermutu bahkan lebih.

Oke, ketika saya mencoba untuk mencintai film produksi dalam negeri.ketika itu saya menonton film Indonesia (jadi bukan sinetron) di sebuah stasiun tv swasta.

“li, bisakah kita menonton acara tv yang lain?” salah seorang teman se-kos ku

“saya hanya ingin mencoba mencintai film Indonesia”

“kalau begitu membusklah bersama film-film Indonesia”

Setelah berkata seperti itu dia langsung masuk kamarnya. Kupikir benar juga apa yang dikatakan temanku itu. Lalu apa yang harus kita lakukan???? Apakah film-film tak bermutu juga akan mendapat subsidi dari pemerintah? Aku sungguh menginginkan film Indonesia yang bermutu dan tentunya berdaya saing. Negara lain bisa kenapa Indonesia tidak.

You Might Also Like

0 komentar