Parfum Gulali - Bagian 3

July 21, 2013




                                                        [ Bagian 1 ] bagian 2 ]


(Fanfiction - Parfum Gulali #Bagian 3)
main casts: Ahn Seung Ah, Kim Joon Myun, Kim Minseok, Do Kyungsoo, Kim Jongdae
========================================================================

“Hei, nona. Hati-hati lah kalau berjalan”

Aku berusaha membuka mataku ketika mendengar suara seorang lelaki yang terdengar begitu dekat jaraknya denganku. Baru kemudian kusadari bahwa aku menubruk pemilik suara khas lelaki yang kini berdiri didepanku. Kedua tangannya menahan beratku dengan memegang kedua bahuku dengan kuat. Tinggi pria itu kuperkirakan hanya tak lebih dari 2 jengkal dari puncak kepalaku.

Kepalaku terasa pening. Tak mampu hanya untuk mengucapkan ‘Aku tak apa’ pada lelaki itu.

“Kau terlihat pucat sekali, Nona. Dan tadi kau seakan mau ambruk. Kau tak apa-apa?” lanjutnya

Aish, cerewet sekali sih laki-laki ini.  

Aku masih tak menjawabnya karena pening dikepalaku semakin menjadi-jadi

Tak lama kemudian, kurasakan tubuhku menjadi ringan

Aku merasa tubuhku oleng, dan sebelum aku benar-benar ambruk mataku beredar disekitarku mencoba menelisik dimana aku sebenarnya. Aku menangkap beberapa toko dengan label nama toko yang ditulis dalam aksara Cina.

Kemudian semuanya kembali gelap.

***

Aku membuka mataku sesaat setelah kurasakan tubuh ringanku beberapa saat yang lalu. Disana kutemukan seorang pria duduk disisi tempat tidur yang kupakai dan menatapku. Lelaki itu sebelumnya menangkap tubuhku yang hampir roboh.

Ketika kubuka mataku perlahan, aku mengangkat tangan kananku yang kurasakan sedang menggenggam sesuatu. Ternyata disana kutemukan botol parfum gulaliku, dan lagi-lagi kutemukan dalam keadaan kosong. Padahal aku masih ingat dengan jelas, aku hanya menyemprotkan beberapa kali parfum ini yang semula berisi penuh sebelum aku keluar dari apartemen Park Naa Ra.

“Kau sudah sadar?” suara lelaki itu membuyarkan pikiranku yang menelisik keberadaan isi parfum gulali yang menghilang selama beberapa detik.

BAHASA CINA??? 

Apa ku tak salah dengar? Namun entah mengapa aku mengerti arti 
ucapannya meskipun aku tak dapat berbahasa Cina. Terakhir kali aku belajar bahasa Cina adalah ketika aku kelas 1 SD.
Aku hanya mengangguk

Sebenarnya dimana aku? Apa aku bertransformasi lagi?

“Dimana ini?”
“Dirumahku. Tadi kau pingsan” jawabnya cepat
Duì ma?” (Benarkah?)

Bagus! 

Aku bahkan tak sadar sudah menjawabnya dengan bahasa Cina pula. Benar-benar ilmu berbahasa yang kudapat secara instan.
Aku berusaha untuk duduk ditempat tidur itu, lelaki itu sedikit membantuku. Setelah dalam posisi duduk, aku segera sadar bahwa saat ini aku memang kembali bertransformasi menjadi orang lain yang entah kali ini tahun berapa. Aku jelas-jelas memakai pakaian yang berbeda dengan yang kupakai terakhir kali ketika berada diapartemen Park Naa Ra di daerah Gangnam.

Apakah kali ini aku berubah menjadi orang Cina?

Lelaki itu memiliki mata sipit seperti bulan sabit yang lengkap dengan bola matanya yang hitam pekat, dan bibir yang tipis pula. Alisnya sangat mirip dengan karakter-karakter ksatria film-film Cina yang tak memiliki rambut sepanjang dahi hingga setengah batok kepalanya. Dan sebaliknya, setengah batok kepalanya itu menumbuhkan rambut yang panjangnya mencapai tulang ekornya dan membentuk kepangan sepanjang rambutnya. Ah, maksudnya hanya alisnya saja yang mirip sih. Rambut lelaki itu cepak dan berwarna.…entahlah susah mendeskripsikannya, ia terlalu banyak mencampur warnanya. Di rambutnya ada warna coklat muda, coklat tua, merah, dan oranye yang sepertinya dicampur menjadi satu dan diaplikasikan ke rambutnya dengan proporsi yang tak sama rata. Pasti dia seorang fashionista.

“Minum ini dulu. Mamaku selalu berpesan padaku untuk meminum ini ketika aku merasa tak enak badan” lelaki itu menyodorkan sebuah mangkuk keramik kecil berwarna putih tepat didepan dadaku. Disana kulihat cairan berwarna oranye kemerahan yang pekat dan kental.
Aku merasa seperti berada disebuah drama Cina dan akan dibunuh oleh seorang lelaki dengan menyuruhku meminum cairan aneh disebuah mangkok keramik yang ternyata adalah racun. Ya memang itu yang sering kulihat didalam drama-drama klasik di teve, mangkok keramik kecil dengan cairan aneh kental yang ada didalamnya selalu diinterpretasikan sebagai racun. Ya Tuhan, bahkan dalam kondisi seperti ini kenapa aku masih ngelantur begini!!!.

“Iya” jawabku akhirnya. Menyadarkan diriku sendiri yang sedari tadi memegang mangkuk itu dan berfantasi. Beberapa detik berikutnya isi mangkuk itu segera terpindah keperutku, dan kurasakan tubuhku menjadi lebih hangat.

“Tubuhmu menjadi hangat kan? Nah, nanti kau akan berkeringat dan selanjutnya kau akan segera sembuh” ujarnya padaku sembari tersenyum manis.
“Namaku, XiuMin. Bisa kita berkenalan?” lanjutnya mengulurkan tangan padaku.  Senyum menawannya itu kembali menghias wajahnya.

Aku bingung harus menjawab apa, aku bahkan tak tahu menjadi siapa diriku saat ini. Terlebih ketika orang ini berbicara bahasa Cina.

“Berapa lama aku pingsan?” tanyaku mengalihkan diriku untuk mengenalkan diri.
Shíwûfën” (15 menit). Jawabnya lagi.
“Aku harus segera pergi, Xiumin ge” aku berusaha bangkit dan ingin segera kabur dari hadapan lelaki ini. Aku harus mencari tahu siapa diriku sebenarnya.
Nî yào qù nar? (Kamu mau pergi kemana?) aku tahu alamat rumahmu. Biar kuantar, Hwang Luna mei Xiaojie” aku berhenti sesaat ketika lelaki itu menyebut sesuatu yang sepertinya merupakan namaku, Nona Hwang Lunamei?. Dan yang membuatku lebih bergidik ngeri adalah ketika ia bilang bahwa ia tahu alamat rumahku?. Apa seorang bernama Lunamei sebelumnya sudah saling mengenal meskipun tak dekat?.

Aku membalikkan badan kearah lelaki itu.

Due wo”(terserah padaku). Jawabku segera berbalik untuk pergi, lelaki ini memang membuatku sedikit kesal sejak pertama bertemu dengannya—ia cerewet sekali sebagai seorang pria.

Xiexie”(terimakasih) aku sempat mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya aku membuka pintu.

“Jadi kau akan pergi dengan meninggalkan dompetmu disini, Luna Xiaojie?” Baiklah, lelaki ini sukses membuatku datang kembali padanya.

Aku segera berbalik dan menghampirinya. Kuambil sebuah dompet yang semula berada ditangannya. Disana kutemukan sebuah kartu penduduk dengan nama Hwang Luna mei disebelah foto seorang gadis yang nampak seperti diriku. Aku segera menelisik kartu itu dan menemukan alamat Luna disana 

Jl. Zhangjiajie, Wullingyuan District, Zhangjiajie, Hunan, China. Lengkap pula dengan kode posnya:  41001. 

Baiklah, melihatnya saja aku sudah pusing. Aku benar-benar tak tahu alamat ini. Satu-satunya cara adalah,

“Baiklah. Tolong antarkan aku, Xiumin ge” Xiumin terlihat tersenyum lebar dan segera bangkit dari tempat duduknya.

***

Sudah dua hari aku kembali terperangkap dalam hidup orang lain. parahnya, kini aku terpental ke Cina dan berada ditahun 6130. Lebih terlempar jauh kemasa depan dibanding ketika aku menjadi Park Naa Ra.

“Lunamei, kita nyewa film yuk. Ada film baru yang tayang dibioskop dua hari lalu dan aku selalu gagal mengajakmu pergi. Hufh… dan pokoknya sekarang kita harus menyewa filmnya, Lunamei. Kau tahu kan aku sungguh tergila-gila dengan pemeran utamanya?”

“Iya. Nanti habis makan malam saja, Xiaolii. Aku lapar” jawabku asal, masih dengan sebuah majalah ditanganku.

Xiaoli atau lebih lengkapnya bernama Zhang Xiaolian ini tiba-tiba menjadi teman dekatku saat ini. Entah berapa kali ia main kerumahku dua hari ini. Kami menghabiskan waktu bersama walaupun hanya dengan merebahkan badan diatas tempat tidurku dengan musik menyala dan beberapa majalah yang ada digenggaman kami masing-masing.

“Hwang LunaMei, Zhang Xiaolian. Turunlah, Wǎncān shì zhǔnbèi hǎole (makan malam sudah siap)!” terdengar teriakan seorang wanita paruh baya memanggil kami berdua untuk turun. Dia adalah mama dari Hwang LunaMei yang berarti juga menjadi mamaku. Setidaknya hingga aku terlepas dari jiwa Lunamei ini.

Yep (Iya), Ma” teriakku dari kamar.

Kami berdua segera bangkit dan bersiap menuju ruang makan. Namun, handphoneku bergetar dan memunculkan melodi beat. Disana kutemukan nomor tanpa nama, namun terdapat sebuah foto dari Xiumin dibelakang nomor itu. aku menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya kuraih hp itu dan menerima panggilannya. Ketika itu kulakukan, Xiaoji nampak tak senang. 

Ni hao(halo)?” suara berat disebarang sana menyapaku dengan ramah.
Ni hao (halo), Xiumin ge? Ada apa meneleponku?”

“Lunamei, apa besok kau ada acara? Aku ingin main kerumahmu. Bolehkah?” lanjutnya.
Aku berpikir sejenak.

“Hmm, boleh saja. Kalau boleh tahu ada perlu apa?” terdengar jeda sejenak seusai kulontarkan pertanyaanku tadi
“Tak ada. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Baiklah aku akan kesana pukul 10 pagi. Sampai jumpa besok, Lunamei Xiaoje” kemudian sambungan kami terputus.
“Kau masih berhubungan dengan Xiumin gege, Luna?” Xiaoji tiba-tiba memberi pertanyaan denganku dengan raut wajah yang menyelidik.
“Maksudmu?” tanyaku balik padanya.
“Sudahlah, Lunamei. Aku tahu kau sangat menyukai Xiumin gege. Tapi ayolah, kau harus move on darinya. Aku sudah pernah berkata padamu bahwa aku akan membantumu kan?” tatapan Xiaoji melunak ketika mengatakannya. Salah satu lengannya dilingkarkan kebahuku. Aku semakin bingung dengan pernyataan Xiaolian barusan. Sebenarnya hubungan macam apa yang terjadi antara Lunamei dan Xiumin?

***

Xiumin ge tepat sampai didepan pintu rumahku pukul 10. Sesuai janjinya.

“Selamat pagi, Lunamei Xiaoje?” sapanya ketika kubuka pintu untuknya.
Tangannya menyodorkan sekotak coklat, aku menerimanya dengan senang hati sebenarnya namun aku tetap berusaha menunjukkan ekspresi dingin padanya. Aku masih terus terpikir oleh kata-kata Xiaolian kemarin sore tentang Xiumin ge, bahwa aku harus melupakannya. Setidaknya aku harus tahu apa yang terjadi antara Lunamei dan Xiumin.
Pagi ini kami berdua duduk dibangku kayu yang terletak di taman depan rumahku, bangku kayu itu berdekatan dengan sebuah kolam ikan koi yang tak begitu besar namun cukup membuat mata siapapun termanjakan.
Kami berdua duduk dalam diam

. . .

“Lunamei, kau masih belum bisa memaafkanku?” Xiumin mulai memecah keheningan antara kami.

Pertanyaan yang singkat namun dalam, sukses membuatku makin penasaran.

Kesalahan apa yang ia perbuat untuk Lunamei?

Mengapa Zhang Xiaolian begitu tak suka Lunamei berdekatan dengan Xiumin?

Mengapa Xiumin memperkenalkan dirinya lagi pada Lunamei tempo 
lalu?

Aku mempertanyakan semua itu didalam kepalaku, membuatku hanya nampak seperti seorang gadis sedang diam lengkap dengan mata menerawang yang kini sedang duduk disebelahnya dimata Xiumin.

“Aku sungguh menyesal dengan apa yang aku perbuat padamu, Lunamei. Aku mohon maafkan aku” Xiumin menggeser posisinya hingga sedikit menghadapku ketika mengatakannya.
Lidahku kelu, tak tahu harus berbuat dan berkata apa.
Kulihat tangan Xiumin meraih tanganku kemudian, masih dengan tatapan matanya untukku. Cukup lama aku terdiam, namun Xiumin dengan sabar menungguku untuk mengucap sesuatu. Tetap saja, lidahku tak mampu mengucap sepatah katapun. Bahkan susah untuk menghela nafas

“Tinggalkan aku sendiri, Ge” akhirnya itulah yang kukatakan. Aku pun tak tahu mengapa aku malah menyuruh Xiumin untuk pergi ketika aku sendiri diserang rasa penasaran tinggi mengenai hubungannya dengan Hwang Lunamei ini.

“Kenapa kau mengusirku lagi, Lunamei?” lelaki itu berdiri tiba-tiba, aku kaget dengan nada suaranya yang lebih meninggi dari sebelum-sebelumnya. Aku mendongkak kearahnya
“Baiklah, terserah padamu. Yang pasti aku tak akan menyerah” ucapnya sebelum meninggalkanku sendiri di bangku kayu ini.

-

Aku tertegun dengan apa yang baru saja terjadi padaku, bukankah itu tadi seperti salah satu scene drama ketika seorang laki-laki bersikeras membuat wanita yang disukai menjadi miliknya?

Oh, God! Aku berkhayal lagi!!!

Aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku seakan scene khayalanku itu akan terpecah-pecah kemudian melebur hilang dari otakku.

Tunggu!


Aku teringat sesuatu! Sebuah buku notes merah lengkap dengan bolpoin merah yang pernah kutemukan didalam laci sebuah meja . . .

Aku segera bangkit dan memburu kamarku segera mungkin.

***

Aku tak mau lagi mengenal sosokmu. Mulai detik ini, berjanjilah bahwa kita hanya akan saling berpapasan tanpa sapaan. Hari ini adalah waktu terakhir disaat aku dan kau pernah saling mengenal.

Mataku langsung mendapati kata-kata itu ketika kubuka dengan perlahan notes merah itu dan membuka halaman yang ditunjukkan oleh tali pembatas halaman berwarna emas buku itu.
Nampaknya kata-kata itu adalah tulisan terbaru yang ditulis oleh Lunamei.
Aku memberanikan diri membuka lembaran-lembaran halaman sebelumnya, dan disanalah akhirnya aku mengetahui kepingan-kepingan cerita yang Lunamei lalui dengan Xiumin gege . .
Cerita yang berawal semenjak 6 bulan lalu itu . . . . .

--

Hunan, 21 Januari 6130

Siang tadi ketika aku hendak memberi surprise pada kekasihku dengan datang kerumahnya tiba-tiba, tanpa sengaja indera dengar dan indera penglihatanku menangkap percakapan antara Xiumin dengan seorang wanita. Mereka sedang duduk berdua disalah satu sofa panjang keluarga Xiumin. Mereka tak sekedar duduk berdua, Xiumin melingkarkan salah satu lengannya dikedua bahu wanita itu. satu kata dari Xiumin yang terdengar olehku dan aku bersumpah tak akan pernah melupakannya seumur hidupku,
“sayang, sabarlah sebentar lagi. Aku akan memutuskan Lunamei begitu kesepakatan bisnis antara Ayahku dan Ayahnya terikat. Dan ini tak akan memakan waktu lama karena aku sudah membuat Lunamei tergila-gila padaku” Xiumin mengatakannya dengan membelai dagu wanita itu.
Mataku terbelalak dan telingaku panas menangkap scene menjijikkan didepanku.
Xiumin menoleh padaku karena mendengar desahan nafas beratku ketika itu, dan segera mengejarku ketika aku berlari keluar rumahnya. Tak lagi kuhiraukan teriakannya memanggil-manggil namaku. Aku berlari menuju mobilku yang terparkir dipekarangan rumahnya yang luas, dan segera menyalakan mesin untuk segera beranjak pergi sebelum Xiumin berhasil meraih gagang pintu mobilku dan membukanya.

--

Hunan, 23 Januari 6130

Sudah tiga hari ini Xiumin datang kerumahku setiap hari untuk meminta maafku. Tak hanya itu, ia juga memintaku memulai lagi hubungan kami dari awal. Katanya, yang aku dengar kemarin hanyalah nonsense  dan aku tak perlu khawatir. Huh? Nonsense? Jangankan perkataan tempo lalu yang dibilang ‘nonsense’, tangannya yang menggelayut di bahu gadis itu dan mengelus dagunya itu apa akan dia bilang ‘nonsense’ pula?. Entahlah aku harus menangis atau tersenyum mendengar pembelaannya.
Xiaolian benar. Xiumin adalah lelaki mencurigakan karena mengenalku dan mendekatiku dengan tiba-tiba. Aku menyesal tak mendengar ucapannya yang kini dibuktikan sendiri oleh Xiumin.

. . .


--

Hunan, 2 Februari 6130

Aku benar-benar semakin muak melihat wajah Xiumin yang terus menerus merayuku. Cintaku yang semula kuberikan untuknya, kini benar-benar luntur dan tertutup rapat layaknya warna putih yang tertutup oleh warna setitik tinta hitam yang diteteskan diatasnya.
Dia benar-benar keras kepala, tak jemu sekalipun ia mendatangi rumahku dan merayuku. ‘Minimal, maafkanlah aku’. Benar-benar keras kepala. Oh, seharusnya dia paham bahwa aku juga gadis keras kepala yang akan selalu berusaha memegang janji yang ia ucapkan—maafkan aku yang tak kalah keras kepala denganmu, tuan Xiumin.
Aku sudah terlanjur janji pada diriku sendiri bahwa aku tak akan lagi menerimanya sebagai lelakiku, bahkan berikan waktu cukup lama untukku memaafkanmu. (andaikan aku bisa mengatakannya).

. . .

--

“Lunamei, aku datang!!!” suara Xiaoli mengagetkanku. Tiba-tiba saja gadis itu berdiri didepan pintu kamarku dan mengagetkanku dengan suara yang kujamin akan memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.

Segera kututup notes catatan harian itu dan kumasukkan kembali kedalam laci.

“Hey, kau mengagetkanku tau!” aku membalas berteriak padanya.
Xiaoli, berlari dan menyerbu tempat tidurku. Seperti yang biasa ia lakukan.
“Luna, tadi Mamamu bilang Xiumin gege datang menemuimu?” katanya  dengan badan terlungkup ditempat tidur namun masih memandangku.
“Iya, Xiaoli. Namun aku sudah mengusirnya” kataku menundukkan kepala
“Kau masih sangat mencintainya?”
“Aku tak tahu, Xiao. Tapi laki-laki itu membuatku tak nyaman” kali ini aku bergabung dengannya menelingkup diatas tempat tidurku.
“Luna, bukalah hatimu untuk pria lain. aku tak tega kau menangis seperti waktu pertama kau putus dengan Xiumin ge. Jangan lakukan itu lagi”
Aku menghela nafas panjang mendengar saran Xaioli.
“Lunamei, pergi belanja yuk” Xiaoli bersiap beranjak ketika mengatakannya.
“Ayo! Kita akan bersenang-senang hari ini, Xiaoli!”


***

Aku dan Xiaoli berjalan beriringan menyisir sepanjang pertokoan di kawasan ‘Huan’. Mataku otomatis beredar mencari toko parfum. Hahaha… meskipun ragaku bukan Ahn Seung Ah, tapi tetap saja jiwa ini masih milikku, kan?
“Xiao, kita mampir ketoko itu yuk” tunjukku kesalah satu toko parfum. Xiao segera menyetujuinya dan menggeret langkahku, ia bahkan lebih antusias dari diriku sendiri.

--

Langkah kami langsung mengedari toko parfum yang luas dengan dekorasi ruangan yang sangat modern itu.

Tiba-tiba mataku tertegun melihat sosok seseorang di toko ini. Seseorang itu memiliki badan tinggi dan nampak proporsional sedang berbica dengan ramah di salah satu sudut toko ini.

Aku berjalan mendekatinya hingga jarak diantara kami hanyalah beberapa langkah saja. Didepanku semakin nampak jelas figur belakang seorang wanita tinggi langsing dengan rambut kuncir kudanya.

Aku memberanikan diri menyapa wanita itu, mencoba membuatnya menoleh padaku. Aku ingin memastikan bahwa instingku mengenai wanita ini adalah benar
“Ni hao?!” sapaku.
Wanita itu menoleh dan menatapku
 “Ni h. . . oh, nona Ahn Seung Ah?” aku tertegun melihat wajah wanita itu, terlebih ia memanggil nama asliku, bukan nama seorang Park Naa Ra maupun Hwang Luna Mei. Kami saling terdiam selama beberapa detik

. .

“Bagaimana hari-hari yang kau jalani dengan parfum gulali yang kubuat, Nona Ahn?” Wanita itu memecah suasana hening kami
Benar! Dugaanku memang benar! Wanita itulah yang memberikan parfum gulali secara gratis padaku ketika aku hendak membayarnya dikasir salah satu toko parfum disepanjang jalan Myeondong-Korea. Dia juga mengklaim, bahwa ia lah si pembuat parfum aneh itu.
“Sebenarnya apa yang telah parfum gulali lakukan padaku?” aku mengernyitkan dahiku padanya.
Wanita itu tak langsung menjawabnya melainkan tertawa kecil beberapa saat.
“Yang pasti parfum gulali sudah melakukan banyak hal padamu, nona” jawabnya membuatku tak puas.
“Jelaskan padaku kenapa dua kali aku terlempar kemasa depan dan bertransformasi ketubuh orang lain yang kebetulan memiliki kemiripan fisik denganku dan . . .”
“Hushhh…. ” wanita itu menyela perkatanku yang mengatakannya dengan berapi-api.
“Jangan sampai rahasia parfum gulali ini bocor dan membuatmu tak bisa kembali kedunia 
aslimu, nona Ahn”

Aku terdiam mendengarnya.

“Parfum gulali akan mengantarkan pemakai yang dipilihnya untuk berjalan-jalan kedalam berbagai dimensi waktu, entah itu masa depan maupun masa lalu. Dan secara otomatis kau akan bertransformasi menjadi seseorang yang memiliki banyak kecocokan denganku” jelasnya sedikit berbisik denganku.

“Lalu kenapa aku harus bertemu seorang laki-laki yang dua kali ini menyentuh hatiku? Dan kenapa botol parfum gulali dengan seenaknya sendiri tiba-tiba kosong dan terisi penuh?” tanyaku lagi ingin membuyarkan semua tanda tanya yang selama ini bercokol dikepalaku.
“Lelaki-lelaki itu serta fenomena kosong dan terisinya botol parfum itu berhubungan dengan caramu keluar dari perangkap parfum itu”

“Bagai…” 

belum juga aku lanjutkan apa yang akan kukatakan, wanita itu menyelaku lagi.

“Botol itu akan terisi penuh dengan sendirinya tiap kau berhasil membuat lelaki yang muncul disetiap transformasimu itu patah hati, namun ini berlaku pula jika yang patah hati itu adalah dirimu sendiri. Seperti kejadian waktu kau menjadi Park Naa Ra tempo lalu. Kau akan segera dikirim ke dimensi lainnya setelah itu. Dan parfum itu akan langsung habis seusai kau menyemprotkannya ke badamu, meskipun  kau hanya mengeluarkannya sebanyak satu semprot” jelasnya panjang lebar

Ia memberi jeda ceritanya sesaat untuk mengatur nafas

“Jika kau berhasil membuat dirimu dan lelaki yang muncul ditransformasimu itu saling mencintai dan membuat si lelaki mengungkapkan perasaannya padamu, itu lah waktu ketika kau tak lagi dilempar keberbagai dimensi waktu oleh parfum gulali. ketika hari itu datang, parfum gulali akan meleburkan dirinya sendiri dan menghilang menjadi debu. Dan kau akan diantar pulang oleh sebuah sorotan cahaya”

Aku hanya melongo mendengar penjelasan wanita itu

See. Bahkan Aku menjelaskan padamu dengan detil dan gamblang. Tak seharusnya hal ini kulakukan. Sekarang jalani saja hidupmu sebagai Hwang Luna Mei, nona A..” wanita itu menggantung kalimatnya ketika terdengar suara Xiao berteriak memanggilku.

“Lunaaa…”

“Luna, darimana saja kau? Aku tadi kesulitan mencarimu yang tiba-tiba menghilang!” Xiao pura-pura marah padaku.
Aku malah tersenyum melihat tingkahnya
“Baiklah jika ada perlu panggil saja saya, Nona. Silakan berbelanja” wanita itu beranjak pergi dari tempat kami berdua.
“Kau kenal dengan wanita itu, Luna?”
Deg.. aku takut Xiao menangkap pembicaraan kami sedikit saja
“Tidak. Kenapa, Xiao?”
“Ah, tak apa. Dari jauh kulihat kalian seperti sudah akrab. Kalian saling berbisik seperti sedang bergosip”
Hufh…
Sepertinya Xiao tak mendengar apapun.
“Oh, tadi dia menawarkan sebuah parfum mahal dan limited edition padaku, Xiao. Tapi aku menolak, mana mungkin aku membeli parfum semahal penawarannya” kataku tertawa kecil.
“Xiao, kita pulang saja yuk. Lihat belanjaan kita sudah menumpuk” ujarku memperlihatkan beberapa kantong belanjaan yang kami jinjing.

***

Butuh waktu sekitar 30 menit untukku dan Xiao menuju rumahku. Disepanjang perjalanan aku merenungkan banyak sekali hal yang berseliweran didalam kepalaku.

Botol itu akan terisi penuh dengan sendirinya tiap kau berhasil membuat lelaki yang muncul disetiap transformasimu itu patah hati. . . Kau akan segera dikirim ke dimensi lainnya setelah itu. Dan parfum itu akan langsung habis seusai kau menyemprotkannya ke badamu, meskipun  kau hanya mengeluarkannya sebanyak satu semprot

Pikiranku langsung terfokus pada Xiumin gege ketika mengingat ucapan wanita itu. . . 

Xiumin sepertinya benar-benar tulus ingin meminta maaf dan meminta Lunamei menjadi kekasihnya kembali. Aku teringat semua usahanya kerasnya . . .

Namun, aku teringat tulisan Hwang Luna Mei dihalaman terakhir buku harian yang ditulisnya:

--

Hunan, 14 Februari 6130

Hari ini, Xiumin ge masih saja tak kapok mendatangiku. Ia membawakanku sebuket bunga cantik ditangannya. Ia mendatangi rumahku sore hari dan ingin mengajakku untuk makan malam bersama.
Hufh…
Aku tak tahu lagi bagaimana cara untuk mengusir pria ini dari pandangan mataku. Hingga akhirnya terpikir olehku kata-kata yang menurutku paling menyakitkan hati telah terucap dengan lancar dari bibirku ketika pria itu menawarkan tangannya untuk mengajakku. Dia bahkan berjongkok ala pangeran didepanku.
Aku tak mau lagi mengenal sosokmu. Mulai detik ini, berjanjilah bahwa kita hanya akan saling berpapasan tanpa sapaan. Hari ini adalah waktu terakhir disaat aku dan kau pernah saling mengenal.
Begitu ucapku padanya. Aku langsung kembali masuk kerumah dan menutup pintu untuknya.
Aku tahu ini adalah cara yang sangat jahat dan tega. Tapi aku sudah tak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk menghadapinya.

--

“Baiklah, kalimat itu terlampau kejam, Hwang Luna Mei”
“Hah? Maksudmu, Luna?” 
aku kaget mendengar pertanyaan Xiao yang aku sendiri lupa bahwa ia masih duduk disebelahku.
“Oh, tak apa-apa kok” jawabku tersenyum padanya
“Xiao…” aku memanggil gadis sebelahku yang sedang memperhatikan wajahnya didepan kaca yang menempel dibagian belakang handphonenya. Gadis itu hanya menjawabku “Hmmm?” tanpa menoleh
“Bisa kau kasih aku saran cara agar Xiumin ge tak lagi mengejarku?”
“Hah? Kamu benar-benar mengatakannya?”
“Iya aku serius?!!!” kataku menegaskan dengan menoleh sedikit kearahnya lalu kembali memfokuskan penglihatan kejalanan.
“Coba lah maafkan dia, Luna. Apa kau tak kasihan melihat usahanya?”
“Memaafkan dan menjadi pacarnya lagi?! Aku tak mau, Xiao!” aku langsung menolak cepat saran gila dari Xiao, aku tahu Hwang Luna Mei benar-benar sakit hati dan membenci sosok bernama Xiumin yang hanya memanfaatkan dan mengkhianatinya.
“Bukaaaannn…. Dengarkan aku dulu! Maksudku, maafkanlah dia. Dalam waktu yang bersamaan beri dia pengertian untuk tak lagi mengganggumu”
Diam-diam aku membenarkan usul yang disampaikan Xiao.

***

Aku bersiap membelok untuk memarkirkan mobilku didepan halaman rumahku. Namun tanganku yang mengendalikan kemudi sedikit terhenti ketika kulihat sosok Xiumin sedang duduk dibangku kayu dekat kolam koi didepan rumah ku. Ia berdiri dan melambai padaku ketika melihatku yang berada didalam mobil bersiap memasuki pekarangan rumahku.

Setelah selesai memarkirkan mobil, aku melirik beberapa saat kearah Xiao yang saat itu melirik pula kearahku sembari melepaskan sabuk pengaman kami masing-masing.

“Temui dia, Luna” Xiao memberiku kata terkahirnya sebelum kami berdua benar-benar turun.

Xiao langsung masuk kerumahku membawa serta kantong-kantong belanja kami, sedangkan aku berjalan pelan menuju taman. Menghampiri Xiumin yang sedang berdiri disana.

“Ni hao, Luna Mei” sapanya. Masih dengan tone ramah dan senyum manis.
“Ni hao” jawabku kemudian duduk dibangku kayu itu, Xiumin juga duduk tepat disebelahku.
Kami duduk dalam keadaan diam selama satu menit. Xiumin terlihat gelisah seperti biasa
“Bagaimana kabarmu hari ini, Luna?” tanyanya menghilangkan kesan sunyi.
“Aku baik-baik saja, Ge. Kau sendiri?”

Hening … lelaki itu terdiam beberapa saat

“Aku rindu padamu…”
“Perasaan yang kuraskan padamu saat ini benar-benar perasaan cinta, dan aku tak berbohong padamu.” Lanjutnya.

Aku menghembuskan nafas

“Tolong maafkan kesalahanku waktu itu, Luna. Aku berjanji tak akan lagi membiarkan Ayahku mendekati usaha Ayahmu dengan cara kotor.“

“Dan… kembalilah padaku, aku benar-benar mencintaimu dan tak dapat melupakanmu” 
lanjutnya

Tangannya kembali mencoba menggenggam tanganku. Aku merasakan kehangatan yang ditularkan oleh Xiumin.

Aku memperhatikan tanganku yang digenggam olehnya dalam diam. Tangan besar  namun tangan besar dan hangat itu tampak sedikit bergetar. Aku beralih memperhatikan kedua mata bulan sabitnya.

Disana aku menemukan ketulusan

-

Ketulusan bahwa ia benar-benar ingin aku memaafkannya . . .

-

Ketulusan yang memintaku untuk kembali ke sisinya. . .

“Aku teramat mencintaimu, Hwang Luna Mei” tatapan matanya semakin intens menatapku

. . .

Aku terdiam beberapa saat menentukan apa yang harus kukatakan padanya.

. . .

“Xiumin Ge, aku memaafkanmu. Aku memaafkanmu dengan tulus dan kumohon kau dapat memegang janjimu itu . . .” aku berhenti sejenak, menggantung kata-kataku

“Namun…”

“Maafkan aku yang tak dapat menjadi kekasihmu lagi. Maafkan hatiku yang tak lagi memiliki rasa spesial untukmu” lanjutku hati-hati

Xiumin menangis mengeluarkan banyak airmata. Wajahnya seketika terlihat sembab

“Dan terimakasih sudah mencintaiku dan pernah membahagiakanku, Ge” aku mengakhiri percakapan kami di sore menjelang malam hari ini

Disaat Xiumin benar-benar melepaskan genggaman tangannya padaku

Juga disaat Xiumin beranjak pergi dengan membawa serta tetesan air mata seorang pria yang ia tumpahkan didepanku.

***

Malam ini aku meminta Xiao tidur dirumahku. Aku menangis selama hampir dua jam setelah percakapan yang kulakukan dengan Xiumin tadi sore, dan cukup membuat Xiao bingung setengah mati untuk menenangkanku. Aku sendiri tak tahu mengapa aku menangis ketika aku sendiri yang menyuruh Xiumin pergi dari hatiku dan dia benar-benar pergi.

. . .

Aku teringat parfum gulali!

Aku segera bangkit dari tempat tidur, meninggalkan Xiao yang ketika itu sedang memelukku. 
Dia bingung melihatku tiba-tiba tak lagi mengeluarkan air mata.

Aku mencari-cari parfum gulali menemukannya berdiri anggun diatas meja riasku. Disana aku kembali mendapati parfum itu terisi penuh lagi. Aku tersenyum melihatnya.

Sekarang aku mengerti permainanmu, Parfum gulali!

Aku menghampiri parfum itu dan mengambilnya. Kemudian aku kembali merebahkan diriku disamping Xiao. Disana aku memeluknya

“Aku menyayangimu, Zhang Xiaolian. Kau sahabat terbaik yang kupunya”

Aku memeluknya dalam waktu yang cukup lama dan membuatnya protes ingin keluar dari pelukanku.

Malam ini akan menjadi malam terakhirku memiliki sahabat super perhatian seperti Zhang Xiaolian ini.

Setelah memeluknya aku menyemprotkan parfum itu ke punggung tanganku dan aku merasakan semuanya menjadi gelap. Mungkin aku akan tertidur dan terbangun dalam dimensi waktu yang lain.

Selamat tinggal, Xiao. Terimakasih sudah menjadi sahabatku dalam waktu singkat ini


***

You Might Also Like

2 komentar

  1. Arrrgh,update update >.<
    kau buat Xiuppa ku menangis lii :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. hehehe.... udah aku update
      kan di episode sebelumnya kamu udah sedih, sekrang gantian cast prianya dong yang nangis :p

      Delete