Parfum Gulali - Bagian 4
August 18, 2013
(Fanfiction - Parfum Gulali #Bagian 4)
Casts: Ahn Seung Ah,
Kim JoonMyun, Kim MinSoek, Do Kyungsoo, Kim JongDae
==============================================================
“Wah. Eun Ji-sshi,
kau terlihat cantik sekali.” Eun Ji masih terasa ngantuk dan susah untuk
membuka matanya ketika ditelinganya terdengar suara halus seorang wanita.
Dia tak dapat menebak
apa yang sebenarnya terjadi dibalik kedua manik mata coklat sawonya yang
terlindung oleh kelopak masing-masing. Namun satu yang dapat ia rasakan,
wajahnya terasa segar—terasa seperti memakai pelembab dan bedak. Belum pula ia
selesai membebaskan manik dari kelopaknya, seseorang bersuara dengan lantang
dan tegas. Kali ini suara seorang laki-laki dewasa.
“Ayo, cepat semuanya bersiap-siap. Kamera akan roll sepuluh menit lagi. Dan … Hey. Kau
Eun Ji, kenapa masih tidur saja?!!” entah perasaan apa yang Eun Ji rasakan,
namun ia membuka matanya. Seakan lelaki itu meneriaki namanya.
.
Gadis itu langsung menoleh kearah suara.
.
“Cepat minum air putih yang sudah disediakan dan
bergegaslah, Eun Ji. Siapkan otakmu untuk berkonsentrasi. Dan, oh.. kau sudah
hafal skenario yang akan kau lakukan nanti, kan?” Jelas sekali lelaki itu
menatap kedua matanya dan berbicara padanya.
“Aku?!” Eun Ji menunjuk dirinya sendiri dengan
ekspresi yang menunjukkan seakan ada tanda tanya super besar dikepalanya.
“Ah. Sudahlah, Eun Ji. Tidak lucu! Pokoknya ayo ikut
aku ke lokasi sekarang. ok” lelaki itu meninggalkannya setelah membentuk huruf
‘O’ dengan telunjuk dan jempolnya.
.
.
Masih dengan otak yang terasa belum sepenuhnya
tersadar, Eun Ji mengikuti lelaki itu dengan ekspresi zombie.
~
“Eun Ji-ah,
Kau bangun tidur lagi ya?” seseorang dengan manik mata hitam legam yang Eun Ji
yakini berukuran hampir dua kali lipat dari miliknya itu seakan ikut tersenyum
kala dua pojokan bibir lelaki itu terangkat keatas ketika menyapa.
Eun Ji, selama empat ketukan waktu lamanya—Eun Ji
menghitungnya tanpa sadar—terpana oleh lelaki berparas elok didepannya.
“Oh, euh? Ya. aku baru
saja bangun tidur tadi” jawab gadis itu kikuk. Ia sungguh tak tahu apa lagi
yang ia katakan, otak dan lidahnya seakan bekerja sama untuk meng-kelu-kan
diri. Lelaki yang sedang berdiri dihadapannya kini terlampau tampan untuk tidak
menyadarkannya. Dan, apalagi lelaki ini tidak menambahkan embel-embel -sshi alih-alih menggunakan akhiran –ah di belakang nama Eun Ji.
Okay.
I know my role now, Parfum Gulali. Suara hatinya mendesak
ingin dikeluarkan keras-keras, namun
otaknya masih waras sehingga ia hanya
meneriakkannya dalam kepala kecilnya.
“Okay, semuanya siap?!.
Lighting, kamera, semua pemeran, clapper, Siap?” teriakan ini datang dari
lelaki berperut buncit yang melesakkan badannya diatas kursi plastik berwarna hijau
sambil meneriaki kami semua, disampingnya nampak lelaki yang baru saja
meneriaki gendang telinganya di ruang make-up.
Teriakan lelaki berperut buncit itu dijawab ‘SIAP!’ oleh kami semua. Dengan
begitu ia berkumandang,
“Kamera roll, action!” ucapnya tegas. Dengan
begitu lelaki super tampan tadi berakting seolah dia adalah kekasihku.
Dengan posisi duduk saling
hadap, tangannya menyentuh kedua tanganku lengkap dengan tatapan teduhnya.
“Eun ji-ah, kita sudah lama kenal kan? Aku
mempersiapkan sesuatu untukmu” lelaki itu menjentikkan jari kirinya. Segera
setelahnya, 11 kawanan pria tampan keluar dibalik tirai merah disamping kami.
Tanpa dapat ditebak, kesebelas pria itu menyanyikan lagu milik Bruno Mars yang
biasanya berputar di acara variety show pernikahan
dan semacamnya. Perut Eun Ji terasa melilit.
“Marry me, Eun ji-ah” setelah kesebelas lelaki itu selesai
mendendangkan lagu, lelaki super tampan—yang bahkan ia tak tahu
namanya—memegang tangan kiri Eun ji dan menyuguhkan sebuah cincin emas putih
yang terlihat amat cantik didepan mata Eun ji.
Tak ayal, kesebelas
lelaki itu bersorai “Terima! Terima! Terima!” dengan keplokan tangan bebarengan
Sebenarnya
aku syuting acara apa ini? Suara hatinya beradu seberang
dengan kenyataan yang kini tergambar jelas didepannya.
.
Eun Ji tak memiliki pilihan lain selain memamerkan
wajah bingungnya. Tiba-tiba ‘CUT!’ suara lantang keluar dari katub suara
milik lelaki berperut buncit tadi.
“Eun Ji-ah, ada apa denganmu? Suasananya tadi
sangat perfect untuk adegan ini!”
“Harusnya kau segera
mengeluarkan mimik senyum terharu, kan? Setelah itu kau mengangguk pertanda kau
terima lamaran dari D.O!” suaranya masih meninggi.
Oh,
namanya D.O. Nama dari bahasa apa itu?! kenapa hanya dua huruf yang dipenggal
pengucapannya?. Eun Ji menggeleng-gelengkan kepalanya
seakan tindakannya itu berhasil membuyarkan lamunannya.
“Ya, aku mengerti”
gadis itu akhirnya bersuara.
“Ok. Semuanya ready? action”
Dengan begitu dua jam
kemudian, syuting acara Variety Show berjudul
We Get Married yang dibintangi Eun Ji
dan D.O berakhir untuk minggu ini.
.
Aku mengikuti jejak
jenjang lelaki tinggi dan berkulit bersih yang kini berjalan selangkah
didepanku dengan dengan perasaan yang campur aduk. Aku yang tak tahu siapa
lelaki ini hanya bisa pasrah ketika lelaki itu menggandengku keluar gedung
syuting tadi. Aku tak tahu dimana aku tinggal, jadi aku memutuskan langkah
lelaki ini. Mungkin saja dia sahabat, keluarga, atau bahkan … kekasih yang akan
mengantarku pulang.
Mungkin?.
Aku memasuki sebuah
toyota hitam mengkilap dengan pria ini.
“Kau tadi kenapa, Eun
Ji?” lelaki tinggi itu—yang aku tak tahu bahkan namanya—beralih pandang padaku
dari kemudinya selama beberapa detik.
“Apanya? Aku cuma
merasa linglung saja”
“linglung kenapa? Kau
merasa tak enak badan? Kita kerumah sakit sekarang ya” ekspresi lelaki itu
nampak cemas. Sebelah tangan yang semula mengendalikan kemudi beralih sejenak
ke dahiku. Seakan memastikan sesuatu, aku berusaha menepisnya secepat mungkin.
“Aku tak apa-apa.
Mungkin aku anemia karena menstruasi hari pertamaku” Bohong! Aku berbohong
padanya sebenarnya. Aku tidak mengalami menstruasi saat ini.
“Kau menstruasi lagi?
Bukankah harusnya sekarang kau belum memasuki masa menstruasi bulan ini?”
Gila! Siapa sebenarnya
peran lelaki depan kemudi ini? Kenapa ia sampai tahu siklus menstruasi-ku?—oh maksudku
Eun Ji.
Sebenarnya saat ini aku sangat ingin menanyakan “Siapa kau? Siapa kau
bagi Eun ji?” tapi tak mungkin melakukannya.
“Entah. Waktu
menstruasiku bulan ini tiba-tiba lebih cepat dari biasanya, … Op .. Oppa”
jawabku dengan dada berdegub lebih kencang.
Demi jenggot merlin,
aku tak tahu harus memanggilnya apa. Jadi kuputuskan memanggilnya ‘oppa’. Semoga
tak salah.
~
Hampir dua minggu berlalu
dengan berat bagiku, sederetan jadwal syuting yang tak biasa kulakoni selalu diberikan
oleh Park Chanyeol—lelaki tinggi berkulit putih yang mengantarku pulang tempo
hari—selalu memberikan sensasi tersendiri bagiku untuk tidak tidur nyenyak.
Kepalaku selalu berputar oleh naskah, naskah, dan naskah lagi untuk dua drama
yang Eun Ji lakoni, ditambah beberapa naskah variety show yang harus kujalani. Untung saja, Park Chanyeol tak
pernah memprotesku dengan kasar ataupun memarahiku jika aku teledor akan
sesuatu ketika syuting. Dia malah selalu menghiburku, mengantarku kemanapun aku
hendak pergi, dan memberi beberapa kejutan untukku disela-sela jadwal sibukku. Park
Chanyeol, baru-baru ini kusadari bahwa ia adalah manager dari Eun Ji yang
merupakan aktris drama terkenal.
Menurut jadwal yang
diberikan oleh Channie—begitu aku terbiasa memanggilnya—aku akan beradu akting
sebagai pasangan kekasih lagi dengan pria super tampan bernama D.O dalam tiga
hari kedepan. Menurut yang tertera di naskah yang ada, kami akan menjalani
proses foto pre-wedding karena kami
lah pasangan WGM (We Get Married) yang paling serasi dan harmonis menurut opini
para viewers melalui polling WGM.
Oh,
God!
Baru memikirkannya saja aku sudah deg-degan. Eun Ji sangat beruntung dapat
bekerja sama dengan lelaki seperti D.O, sebagai pasangan kekasih pula. Membuat
setiap wanita yang menonton acara ini kupastikan iri dengan Eun Ji. Aku membaca
halaman kedua naskah WGM yang akan kulakoni tiga hari lagi malam ini.
Pintu kamarku tiba-tiba
diketuk dengan irama yang tak terlampau cepat maupun lambat.
“Eun Ji-ah, boleh oppa masuk?” suara berat
Channie oppa tertangkap di indera pendengarku—aku tinggal satu atap dengannya,
tentu saja dengan beberapa makeup artist unnie dan supir pribadiku dirumah ini.
“Eun Ji, tadi oppa
keluar untuk mendapatkan udara segar sebentar. Namun melihat toko coklat yang
tadi kulewati, aku jadi teringat padamu” ucapnya manis dengan senyumnya yang
terbilang menawan. Channie menyodorkan sebatang coklat toblerone ukuran jumbo padaku.
“Istirahat yang cukup
ya, besok pagi aku antar dan temani kau syuting untuk drama ‘A’-mu. Selamat
malam, semoga kau mimpi indah”
Dengan begitu aku menutup
pintu kamarku untuk Channie oppa. Channie selalu menunjukkan wajah nyaman
lengkap dengan senyum menawannya, hatiku selalu sedikit berdesir tiap kali ia
memamerkan dua hal itu padaku. Terlebih perhatiannya yang super.
Aku kembali menekuri
berlembar-lembar naskah persiapan syuting WGM yang sempat terlantar di tanganku
beberapa saat yang lalu karena Channie oppa.
Menurut naskah itu,
foto pre-weddingku dengan D.O akan
bertempat di sebuah toko pemotretan khusus pengantin di salah satu sisi jalan Samseong-dong.
Setelah itu kami pergi kesebuah kantor event
organizer yang juga telah dihubungi oleh pihak WGM untuk ‘pesta pernikahan’
kami. Baru saja aku beranjak menelanjangi lembar ketiga. Tiba-tiba handphone
berlayar lebar milikku berdering cukup nyaring hingga menggetarkan badanku sedikit
yang tertempel diatas tempat tidurku.
Disana kutemukan sebuah
nama dibalik gambar gagang telepon yang berwarna hijau.
Incoming
call:
Kim Jong Dae
~
2 komentar
sebenarnya aku milik siapaaaa Li-ah? >.<
ReplyDeletekamu milik orangtuamu dan Tuhan, Tune
Deletehhahaha :p