Parfum Gulali - Bagian 2
July 14, 2013
(Fan Fiction - Parfum Gulali #Bagian 2)
Casts:
Ahn Seung Ah, Min MinJi, Song Ji Hye, Kim JoonMyun, Kim MinSoek, Do Kyungsoo,
Kim JongDae
==============================================================
Gangnam, 20 Agustus 5013
-
Kriiiiiinnnnnggggggg….
Seung
Ah mengerjab-ngerjabkan matanya setelah terkejut oleh rengekan alarm jam yang
ternyata berada tepat disamping tidurnya. Ia menggeliat dengan sedikit malas,
hari memang masih pagi. Ia memutuskan untuk bangun dan duduk masih dalam posisi
diatas kasur dengan selimut melekat. Ia melihat sekeliling kamarnya.
Ka…kamar siapa ini?
Ini… bukan kamarku.
Kali
ini ia berdiri dan mengelilingi kamar asing itu. Kakinya terhenti tepat didepan
sebuah meja belajar lengkap dengan jejeran buku-buku tebal beserta alat
tulisnya, sebuah laptop pun berada diantaranya.
Sebenarnya aku berada dimana pagi
ini? Seingatku, semalam aku pulang kerumah setelah pergi berbelanja dengan
Minji dan Hye Ji
Ahn
Seung Ah memperhatikan refleksi dirinya disebuah cermin panjang yang terletak
tepat disamping meja belajar itu, disana ia menemukan dirinya memakai piyama
yang bukan miliknya dan merasa dirinya nampak terlihat lebih dewasa satu dua
tahun dari usia sebenarnya. Matanya masih meneliti seluruh isi kamar asing itu
dengan ekspresi kosong. Didinding meja belajar itu tertulis sebuah note
bertuliskan
‘Besok
kelas tambahan Lee Hyo Na songsaenim pukul 10.00 AM. Aku tak boleh telat lagi
pokoknya. Hwaiting. <3’
Gadis
bernama Seung Ah itu semakin dibuat penasaran dengan apa yang terjadi pada
dirinya pagi ini, tangannya mengobrak-abrik apapun yang ada di meja rias maupun
meja belajar dikamar asing itu seolah mencari sesuatu.
Paling tidak aku harus tahu
identitas pemilik kamar ini. Pikirnya.
.
. .
“Akhirnya
aku menemukan dompet pemilik kamar ini. Park Naa Ra?” ia mengeluarkan sebuah
kartu tanda mengenal yang sebelumnya terselempit dalam sebuah donpet berwarna
orange terang, kemudian membacanya. Disana ia menemukan sebuah foto yang
memiliki wajah mirip dengannya namun memiliki nama berbeda.
Pagi
ini, nyatanya Ahn Seung Ah bertransformasi menjadi Park Nara setelah malam hari
sebelumnya menyemprotkan perfum Gulali. Matanya tak sengaja menemukan parfum
itu lagi disebuah meja rias disisi tempat tidurnya, parfum Gulali itu terdiam
diatas meja namun dalam keadaan. . .
kosong….?
Rrrrttt….
Sebuah kaca transparan berbentuk persegi panjang berukuran 8 X 12 X 2 cm
mengeluarkan bunyi deringan.
Tunggu, ini bukan hanya sebuah kaca
transparan. Ini handphone
Sebuah
foto seorang pria terpampang dibalik gambar sebuah gagang telepon berwarna
hijau nampak dilayar kaca transparan itu, Kim Suho, nama itu juga muncul
disana. Nama pria si penelepon. Seung Ah menekan gambar gagang telepon berwarna
biru, dan segera suara seorang lelaki menyambutnya
“Beib,
aku akan sampai diapartemenmu 5 menit lagi. Kau sudah siap kan?
Tuuuutttt….
Suho,
nama lelaki itu, langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Seung Ah.
Park
Naa Ra memiliki pacar bernama Kim Suho? Dari fotonya lelaki itu sangat tampan. Sepertinya aku tak keberatan berubah menjadi
Park Naa Ra? Pikirnya.
Gadis
itu langsung bersiap diri mengingat lelaki bernama Suho akan menjemputnya 5
menit lagi. Ia mengganti piyama dengan kaos dan jeans setelah keluar dari kamar
mandi dengan cekatan,
--
Tak
lama setelahnya, ia segera bersiap keluar kamar ketika seseorang menekan bel
apartemennya. Pasti lelaki bernama Kim
Suho itu sudah didepan. Sebelum keluar menyambut Suho, Seung Ah mengambil
botol parfum Gulali kosong dan memasukkannya dalam tas, ia tak pernah tahu mengapa
ia mengambilnya lagi. Hanya saja instingnya mengatakan demikian.
5013?!
Bukankah seharusnya sekarang tahun
2013?
Seung
Ah terperanjat ketika melihat sebuah kalender yang tertempel didinding, tepat
disamping pintu keluar kamar.
***
“Changi, Apa tidurmu nyenyak semalam?”
Lelaki
itu menoleh sedikit padaku. Mungkin wajahku terlihat sedang menerawang baginya.
Ya, pagi ini memang sangat aneh. Semenjak membuka mata aku mencoba mencerna
apapun yang tertangkap oleh inderaku. Tentang aku yang tiba-tiba menjadi Park
Naa Ra, sebuah ponsel futuristik yang
kukira hanya akan kutemukan di film Real
Steel saja itu kini ada didalam tasku, ajaib!, dan tentang aku yang
tiba-tiba pula menjadi pacar seorang pria super tampan yang saat ini
mengemudikan mobil ini menuju… ehm.. kampus (kami).
“Eh?
Ya.” Jawabku dengan senyum yang kupaksakan.
Kami
berdua menyisir sepanjang jalan yang kuketahui merupakan district Gangnam. Ya, aku kenal daerah ini karena Appaku memiliki sebuah bisnis disni.
Meskipun bangunannya terlihat jauh lebih modern dari hari kemarin-kemarin waktu
aku mendatanginya.
Tak
lama kemudian mobil Kim Suho memasuki pelataran kampus bernama Hanguk University dan beralih menuju
tempat dimana mobil ini sudah seharusnya terparkir.
***
“Hei,
Naa Ra ya. Untung kau sudah sampai, kalau kau telat semenit saja si Hyori
saengnim tak akan membiarkanmu keluar kelas hidup-hidup” seorang wanita
tiba-tiba menyergap pundak dan merangkulku ketika aku masuk kesebuah kelas. Kim
Suho memiliki kelas yang lain denganku, kami tak sekelas pagi ini.
“Ah,
iya aku tahu. Makanya aku berusaha untuk tidak telat pagi ini. hehe” kataku sok
akrab dengannya. Sepertinya gadis ini
salah satu sahabat Park Naa Ra, pikirku.
-
Tak
susah bagiku untuk tahu nama gadis ini. Kwon Hani, namanya. Ketika baru memasuki
kelas, seorang professor mengumumkan bahwa pagi ini ia mengadakan ujian dadakan
dikelas kami.
Sial!
Gadis
itu duduk tepat disampingku, dan disana aku melirik sebuah nama Kwon Hani
ditulis olehnya dikolom nama mahasiswa. Begitulah bagaimana aku tahu namanya.
-
***
Riiiingggg…. Hp kaca itu berdering kembali
malam ini. Lagi-lagi terpampang foto dan nama Kim Suho disana. Bukannya aku tak
suka, siapa yang akan menolak perhatian dari seorang pria tampan dan baik
seperti Suho? Kurasa tak akan ada. Tapi tetap saja aku merasa tak enak jika aku
bermesra-mesraan dengan pacar orang lain bernama Park Naa Ra ini, yah meskipun
saat ini aku memang Park Naa Ra.
“Hey, Changi? Apa yang kau lakukan malam ini?
Aku rindu padamu” Suho seperti malam-malam sebelumnya, menembakkan kata-kata
manis untukku. Dan hal itu membuatku mati kutu.
“Ah, Oppa. Aku sedang bermain dengan mey2day¹-ku
dan mengubek-ubek naver² saja. Kamu
sendiri?” jelasku.
“Hanya meneleponmu. Kau
tak rindu padaku? Hanya beberapa jam saja aku sudah dibuat rindu setengah mati
padamu” kali ini Suho menuntutku untuk mengatakan bahwa aku rindu padanya
“Aku juga rindu padamu,
Oppa” jawabku akhirnya. Demi tuhan,
maafkan aku Park Naa Ra.
“Changi, besok hari minggu. Aku berencana menjemputmu pukul 9 pagi
dan mengajakmu jalan-jalan. Kau tak ada agenda kan besok?” baiklah, kali ini
siap atau tidak aku harus berkencan dengan lelaki bermarga Kim ini. Ini adalah
kencan pertama hari minggu kami semenjak diriku bertransformasi menjadi Park
Naa Ra 5 hari lalu. Entahlah sampai kapan aku akan terperangkap dalam kehidupan
Naa Ra-sshi ini.
“Changi, kau masih disana?” Suho membuyarkan lamunan sesaatku
“Ah, iya oppa. Aku akan menunggumu besok” tak ada
pilihan lain. setidaknya aku harus menjaga hubungan Naa Ra dan pacarnya, kan?
“Ok, deal. Dandanlah
yang cantik ya besok”
“Ba..baiklah”
Aku ingin sekali segera
menutup telepon namun mendengar Suho mengatakan “Aku mencintaimu”, badanku
membeku beberapa saat.
Oh Tuhan! Bagaimana
kalau aku jatuh cinta padanya jika aku terus menerus bertemu dengannya dan
menerima semua perhatian dan juga kata manis Kim Suho?
Ah, aku ngantuk . . .
dipikirkan besok sajalah. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan.
Kumatikan laptopku dan
kusandarkan pipi kananku disalah satu bantal empuk, tanganku meraih sebuah
boneka besar dan empuk kemudian memeluknya. Sebelum benar-benar tertidur mataku
masih mampu menangkap botol kecil parfum gulali yang telah kosong itu
tergeletak diatas meja rias.
“Hey, parfum gulali.
Gara-gara kau, aku terlempar dimasa depan dan menghadapi seluruh kehidupan Naa
Ra sshi”
***
Sesuai janjinya, tepat
pukul 9 pagi Kim Suho terlihat berdiri didepan pintu apartemenku ketika aku
membukanya. Ia memamerkan senyumnya yang menawan itu kepadaku.
“Kau sudah siap?”
ucapnya seraya menjulurkan tangannya untuk menggandengku, aku menerima tangan besarnya
yang hangat.
. . .
Mobil Suho berhenti
tepat didepan sebuah hamparan pasir yang ujung-ujungnya adalah air laut yang
nampak menghantam langit diujung sana.
“Nah kita sampai, Changi” Suho mengatakannya dengan sibuk
melepaskan sabuk pengemannya. Aku segera ikut melepaskan sabuk pengaman untuk
segera turun dari audi hitam milik Suho. namun belum juga itu kulakukan, Suho
menghentikan gerakan tanganku dan melepaskan sabuk pengaman yang menyilang
dibagian depan badanku. Dapat kurasakan wajahku memerah ketika Suho melakukan
itu semua untukku. Dan ucapannya “Sudah selesai” sembari melemparkan senyum
mempesonanya padaku benar-benar membuat hatiku meleleh. Sungguh! Kim Suho jangan lagi kau buai aku dengan senyum menawanmu,
Protesku dalam hati.
.
Tamparan matahari dan
angin laut segera menyambutku ketika aku mengeluarkan tubuhku setelah Suho
membukakan pintu untukku. Aku menikmati suasana hangatnya matahari, deburan
kecil ombak yang merilekskan indera dengarku, juga warna air laut yang
memanjakan mataku. Terlebih Kim Suho yang berdiri tepat disampingku. Bahu
kananku yang menempel padanya benar-benar membuat perasaanku nyaman.
.
“Aku benar-benar
menikmati suasana pantai dipagi hari, Sayang” katanya dengan menyandarkan
kepala dibahuku. Kami duduk bersisian tepat didepan laut yang sedang ribut
beradu ombak itu.
Dalam waktu beberapa
saat kami berdua terdiam duduk didepan hamparan laut didepan kami. Hingga
akhirnya Suho menggerakkan badannya merubah posisi.
“Sayang, kau tak lapar?
Aku lapar” ujarnya menatapku.
“Uhm.. sebenarnya aku
juga, Oppa” kataku terkekeh. Aku
memang belum makan pagi ketika Suho sudah menjemputku. Dan… salahkan aku yang
pagi ini bangun telat.
“kita makan tteokbokki ibu itu yuk. Dari baunya saja
sudah enak” wajahnya menunjukkan ekspresi jenaka khas anak kecil ketika melihat
sebuah mainan yang sangat menarik.
Tanpa menunggu jawaban
dariku, Suho menyeret tanganku menuju penjual tteokbokki yang kebetulan sedang sepi pembeli pagi ini.
--
Aku melewati waktu yang
teramat indah hari ini dan hari-hari sebelumnya, dan itu semua karena Suho…
Entahlah harus kuakui
atau tidak, namun laki-laki ini telah membuai hatiku. Ia menyentuh hatiku
dengan segala perhatiannya dan seluruh perbuatan manis yang ia lakukan untukku.
Park Naa Ra sungguh beruntung memiliki Suho sebagai lelakinya.
Rasanya… aku
benar-benar jatuh cinta pada Kim Suho.
Rtttt…
Sender: Kim Suho
Semoga mimpimu indah seindah dirimu,
chagi Ya
Aku menerima kiriman
pesan singkat Suho sebelum aku menutup mataku.
Oh, Tuhan. Apa yang
harus kulakukan?
***
Dua
minggu sudah Ahn Seung Ah memasuki dimensi masa depan dan menjadi seseorang
bernama Park Naa Ra. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk keluar
dari dimensi ini dan kembali ke kehidupan aslinya. Terlebih ia tak bisa lagi
membantah dengan dirinya sendiri bahwa ia semakin mencintai Kim Suho, lelaki
pemilik senyum teduh dan menawan yang selalu menemani hari-harinya. Harus ia
akui pula bahwa tak sepenuhnya ia mengutuk dirinya yang terlempar ke tahun 3013
saat ini, karena tentu saja ada Kim Suho sebagai lelakinya.
Namun,
beberapa hari ini ada sesuatu yang mengganjal dihati gadis itu mengenai Kim
Suho. Memang perhatian Suho padanya tak sedikitpun berkurang tetapi ia merasa
Suho menyimpan sesuatu darinya. Sesuatu yang tersimpan rapat dan hanya Suho
yang mengetahuinya.
Tempo
lalu ketika Suho mengantarnya pulang, tiba-tiba saja lelaki itu bercerita
mengenai Kwon Hani dan hal itu tak hanya terjadi sekali dua kali saja. Entah
dia sadar atau tidak tapi hanya saja,
Hei,
itu sungguh melanggar kode etik jika laki-laki mengungkit nama seorang wanita
lain jika
sedang bersama gadisnya.
Yah,
aku tahu Kwon Hani memang sahabat Naa Ra dan pastinya sudah menjadi teman dekat
bagi Suho pula.
Tapi
tetap saja, semua itu membuatku cemburu. Dan aku yakin Park Naa Ra juga akan
secemburu aku jika mendapati pacarnya membicarakan gadis lain meskipun sahabat
wanitanya.
***
5 september 5013
-
Pagi ini terpaksa aku
harus pergi sendiri kesebuah toko buku didaerah Myeondong. Suho tak bisa
menemaniku karena harus ke perpustakaan, menyelesaikan tugas yang tengah kejar deadline untuk dikumpulkan dua hari lagi.
Sepanjang jalan aku menyalakan lagu Time Is Up dari LED Apple, sebuah band yang
sudah kupastikan bahwa anggotanya saja belum dilahirkan di kehidupanku yang
sesungguhnya.
Sial! Baru ini Suho
menolak permintaanku. Ah, mungkin kali ini dia memang benar-benar tak dapat
diganggu.
Sesampainya, aku
memarkirkan mobilku disalah satu sudut parkir khusus mobil yang telah disediakan.
Kumasuki toko buku itu.
aku harus segera menemukan buku yang kubutuhkan untuk penelitianku. Disana
banyak sekali pegawai yang menyapaku ketika kakiku mulai memasuki pintu
utamanya, interior ruangannya pun menyenangkan, kupastikan para pelanggan
disini akan betah berlama-lama memilih buku selama mungkin. Sepertinya tak
sebegitu buruknya berbelanja buku tanpa ditemani Suho.
Segera kutelusuri
beberapa blok rak buku yang merupakan area buku-buku ‘sastra’
Namun ketika aku
mengambil beberapa buku dan hendak menuju kasir, langkahku terhenti dan membeku
sesaat.
Aku melihat seseorang
yang sangat familiar bagiku. Ah, bukan seseorang tapi dua orang.
Dua orang itu tampak
tertawa memperhatikan sebuah isi buku.
Mereka adalah Kim Suho
dan Kwon Hani. Apa yang mereka lakukan disana?
Bukankah Suho bilang ia
sedang diperpustakaan?
Kedua tangan mereka
yang saling menaut itu sudah cukup membuat hatiku patah dan darahku naik sampai
ubun-ubun.
***
Aku menuju mobilku
dengan linglung, tak menyangka kejadian seperti itu akan menimpaku. Kim Suho,
sosok lelaki yang kuanggap sempurna itu ternyata memiliki sisi brengsek yang
menusuk bahkan merobek hatiku dengan amat sangat sakit.
Kurubuhkan diri diatas
tempat tidurku. Wajahku yang memerah dan air mata yang terus menetes itu
kutenggelamkan kedalam bantal terdekat yang kuraih asal. Aku tak lagi
menghiraukan handphone ku yang terus menerus berdering memunculkan wajah Suho
maupun wajah Hani. Suara bel apartemen yang terus menyala pun tak kuhiraukan,
karna aku tahu pasti mereka berdualah
yang kini berdiri didepan memencet-mencet bel itu.
Kututup mata dan
telingaku rapat-rapat. Aku hanya ingin dan berusaha mengusir apapun yang
berhubungan dengan dua orang itu dari tangkapan seluruh panca inderaku.
***
Kriiiiiinnnnnggggggg….
Alarm kencang kembali
membangunkan Seung Ah (Naa Ra) dari tidurnya. Matanya masih terasa panas bekas
tangisannya semalam. Tubuhnya gontai menuju sebuah kaca besar yang selalu ia
pakai selama hampir tiga minggu ini. Disana ia menemukan refleksi seorang gadis
dengan rambut berantakan, mata sembab dan bengkak. Dan juga baju awut-awutan. Sama sekali tak terlihat seperti diriku,
pikirnya.
Dipaksanya kakinya
melangkah menuju kamar mandi, gadis itu ingin segera mandi setelah melihat
bayangan seorang gadis mengenaskan yang dilihatnya tadi.
Gadis itu mencuci rambutnya
sekitar dua kali, menggosok badannya dengan keras, mencuci wajahnya
berkali-kali, dan menggosok giginya dengan teliti. Seolah ia ingin meninggalkan
semua jejak yang ada pada dirinya kemarin. Ia ingin melupakan kejadian yang
menimpanya sehari sebelumnya.
Dikaca besar itu kini
tak lagi nampak Naa Ra dengan refleksi menyedihkan, tetapi sebaliknya. Gadis
itu tampak sangat cantik, bersih dan rapi. Gadis itu mengenakan pakaian kasual
dengan tee berwarna kuning cerah dan
sebuah rok merah membalut tubuhnya.
Ia bersiap untuk keluar
apartemen pagi ini, meskipun sekarang adalah hari minggu.
Selesai mempercantik
diri, Naa Ra mengambil handphone yang semalam ia letakkan asal disalah satu
sudut tempat tidurnya. Disana ia menemukan 40 missed call dan 30 pesan masuk.
Tanpa mempedulikan apapun, ia menghapus 30 pesan masuk itu tanpa membaca isinya
sedikitpun.
“Oh, aku belum memakai
parfum” katanya ketika akan melenggang meninggalkan apartemennya.
Setengah berlari ia
kembali menuju kamar dan menghampiri meja riasnya.
Tetapi, disana ia tak
menemukan satu pun parfum kecuali sebotol mungil parfum gulali yang dengan
tiba-tiba terisi penuh pagi ini.
“Bagaimana bisa kau
terisi penuh lagi? Apa kau bisa mengisi ulang sendiri?” ucapnya seakan sebotol
parfum dapat berbicara.
. .
Untuk sesaat, gadis
bernama Ahn Seung Ah yang kini terperangkap dalam fisik Park Naa Ra itu
berpikir keras antara memakai parfum gulali itu atau tidak
Namun bukan Ahn Seung
Ah namanya jika keluar rumah tanpa mengenakan sebuah parfum.
“Ah, aku sudah tak
peduli. Toh aku sudah tak bisa keluar
dari tubuh ini dan kembali didunia asliku. 3 minggu menjadi seorang Park Naa Ra bukanlah waktu yang singkat. Hanya ada parfum ini sekarang,
setidaknya aku akan memakai parfum aneh ini untuk sementara dan segera membeli
parfum baru nanti” ujarnya berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Akhirnya tanpa
ragu-ragu beberapa semprot parfum gulali telah mendarat di punggung tangan
gadis itu dan juga beberapa bagian tubuhnya.
--
Seketika semuanya
kembali menjadi gelap. Gadis itu tak dapat melihat atau merasakan apapun untuk
sementara waktu. Semuanya terasa mati rasa.
***
0 komentar