My JongIn-nee
July 20, 2013
13 oktober 2011
Hari ini adalah hari spesial
bagiku, Aku menunggu seorang lelaki lelaki yang kucintai disalah satu sudut kafe
tempat kami membuat janji untuk bertemu.
Lama sekali sih dia
Aku memainkan ujung cangkir coffe americanoku yang sudah kuminum
seperempatnya. Tak biasanya lelaki itu membuatku menunggu selama ini. Apa sih
yang dia lakukan.
Tak lama aku melihat sosok
jangkungnya nampak memasuki kafe ini. Ia melambaikan tangan padaku, dan memamerkan
senyum menawannya. Aku bersiap memasang muka cemberutku menyambutnya, susah…
susah untuk menyembunyikan wajah sumringahku tiap kali senyum cerah yang
membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat itu terukir diwajah tampannya.
“Hei, sayang. Maaf ya lama
menunggu. Tadi ada perkenalan seluruh anggota EXO dan manajer yang akan
membimbing kami nantinya. Dadakan juga sih” ujarnya ringan. Masih dengan
senyumnya yang menawan.
“Ya, Kim Jong In. hari ini aku
sengaja tak bertemu dosenku hanya untuk bertemu denganmu. Kau tahu”
“Hehe, maaf ya gadisku. Sebagai
permintaan maaf, aku membawa bunga tulip kesukaanmu” ujarnya memberikan sebuket
bunga tulip favoritku. Segera aku tak tahan lagi berpura-pura cemberut padanya
ketika menerima bunga cantik itu.
“Aish, sayang. Tak bisakah kau
pamerkan kerlingan mata dan senyummu itu untuk menyambut kedatanganku barusan?”
Aku tertawa mendengarnya.
. . .
Dia adalah Kim Jong In, kekasihku
Lelaki yang sedang duduk tepat
dihadapanku kini adalah lelaki pemilik senyum paling menawan yang selalu sukses
membuatku terpesona dan merona merah terutama semenjak 6 bulan lalu.
Ketika ia menyatakan cintanya
padaku . . .
~*~
“Li-ah,
aku ingin mengatakan sesuatu padamu” aku menoleh kearah lelaki yang sedang
memegang kemudi disampingku. Matanya tak beralih sedikit pun padaku.
Seperti kemarin dan hari-hari
sebelumnya, lelaki itu selalu menjemputku setiap hari jumat karena jam kuliah
malam yang kumiliki. Sesuai janji yang pernah ia sampaikan padaku.
--
Kau wanita, tak seharusnya pulang malam sendirian. Setiap hari jumat
biarkan aku menjemputmu. Lagi pula ini kan tahun pertamamu di korea.
Ya, aku adalah pelajar yang
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di sebuah perguruan tinggi di
Korea selama 4 tahun penuh. Sialnya aku mendapatkan satu mata kuliah jam malam
di semester kedua kali ini.
Dan aku, secara konstan,
dipertemukan dengan lelaki bernama Kim Jong in dibulan-bulan awal kedatanganku
ke Korea. Entah itu secara kebetulan atau memang takdir yang menuliskan untukku
bertemu dengannya, hingga akhirnya lelaki yang nyatanya lebih muda 3 tahun
dariku itu memberanikan diri berkenalan denganku, dan entah bagaimana caranya
ia selalu berhasil menjaga komunikasi diantara kami.
--
“Apa itu, JongIn-ah?” pria itu
tak segera menjawab pertanyaanku. Ia merepetkan salah satu sisi mobilnya kearah
taman didepan kami. Ia turun dan membuka pintu mobil untukku. Wajahnya
menunjukkan ekspresi sedikit gemetaran.
“Ayo kita duduk dulu ditaman ini.
Aku ingin menunjukkan tarian baruku padamu.” Ujarnya malu-malu
Kami berjalan beriringan menuju
taman dan duduk disalah satu bangku besi yang menghadap kearah air mancur.
Lelaki itu sering meminta pendapatku jika ia menciptakan atau mempelajari
sebuah tarian baru, dan aku selalu dibuat takjub oleh gerakan-gerakan tariannya.
Jong In berdiri didepanku dan
terlihat memilih-milih sebuah lagu di ipodnya. Tak lama setelah nya alunan
sebuah musik ballad yang lembut terdengar di telingaku, aku melirik ipodnya
yang digeletakkan disampingku. My Lady, judul lagu itu. seingatku aku belum
pernah mendengar lagu berjudul My Lady ini, namun aku langsung terbuai oleh
irama balladnya yang indah.
Didepanku Jong In mulai
menggerakkan badannya. Aku dibuat terpesona oleh setiap gerakan yang
dilakukannya, membuat mataku tak sedetikpun beralih darinya. Aku sungguh selalu
terpana oleh tarian lelaki ini, aku seakan tersihir oleh setiap gerakan
tubuhnya.
Tak sampai 4 menit, tarian JongIn
berhenti seiring dengan musik yang selesai mengalun. Setelah itu ia
memposisikan diri didepanku dengan tangan kanan yang berpangku pada lutut kiri,
sedangkan lutut lainnya menyentuh tanah.
“Apa yang kau lakukan, Jong In ah?” aku bingung dengan aksinya kali
ini.
Lelaki itu mengatur nafasnya yang
terengah-engah usai menari. Kemudian menatapku dengan tatapan yang dapat membuat
setiap gadis yang menerimanya melting.
“I’m proposing to be your boyfriend” katanya tiba-tiba. Matanya
menatapku tajam dan penuh harap.
Jantungku berpacu lebih cepat mendengarnya.
“Aku menyukai matamu, aku
menyukai wajahmu, aku menyukai senyumanmu, aku menyukai semua sifat dan
tingkahmu, aku menyukai perhatianmu, aku menyukai semua yang ada pada dirimu.
Entah kau menyadairi atau tidak, namun aku sudah menyukaimu sejak awal
pertemuan kita disaat kita belum saling mengenal”
Aku tertegun dengan pernyataannya.
Selama beberapa menit kucerna setiap kata yang baru saja dia ucapkan
dalam-dalam.
“Jadi….”
Ia menghirup nafas
dalam-dalam dan berhenti sejenak
Sebelum akhirnya mengucapkan,
“Be my girlfriend?” lanjutnya, kini ia mengeluarkan sebuah mawar
dengan trik sulap yang baru kusadari bahwa ia menguasainya.
Aku tepaku dengan pernyataan
lelaki ini . . .
Badanku mematung untuk beberapa
detik
Hingga akhirnya aku mengambil
mawar tanpa duri yang sebelumnya berada ditangan kiri Jong In dan berucap
“Okay”.
Seketika kedua manik matanya
berbinar, kemudian tangannya meraih kedua sisi bahuku dan mendekatkan badanku
padanya, aku sedikit membungkuk. Kedua tangannya melingkar di pinggangku.
Dia memelukku dengan posisi kedua
lututnya mengadu ditanah dan posisiku masih duduk dibangku taman. Lelaki itu
mendekatkan dagunya ke salah satu bahuku.
“Terimakasih” ucapnya. Gerakan
dagunya ketika mengucapkannya membuat bahuku terasa geli. Namun aku suka.
“Aku mencintaimu” lanjutnya
“Aku juga mencintaimu, JongIn ah” aku semakin merapatkan kedua
lenganku yang memeluk tengkuknya.
kami membiarkan diri dalam posisi
seperti itu selama beberapa menit, tak ada satu pun dari kami yang berkeinginan
melepaskan diri dari pelukan masing-masing.
~*~
“Hey, sayang. Kau melamun?”
ucapan Jong In membuyarkan lamunanku.
“Kenapa kau menatapku seperti
itu? lama lagi. Seperti tak melihatku ribuan tahun saja” lagi-lagi candaan yang
menurut orang disekitar kami termasuk candaan garing itu tetap sukses membuat
garis tawa diwajahku.
“Serindu itu kah kau padaku? Padahal
hampir tiap hari kita bertemu kan?” ia masih melanjutkan candaan (garing)nya.
“Iya! Aku benar-benar rindu
padamu sayangku. Rindu sekali” ucapku dengan tegas menimpalinya. Aku gemas jika
dia sudah menggodaku seperti itu.
Namun, diluar dugaanku..
Wajahnya memerah ketika aku
mengatakannya . . . tak hanya itu, dia juga terkekeh sambil menggaru-garuk
bagian belakang rambutnya.
Dia . . . . merona oleh
kata-kataku
Melihat dia mengeluarkan ekspresi
itu, senyuman lebar pun tercipta di bibirku
Ekspresi yang menggemaskan
“Oya, Jong In ah. Bagaimana persiapan pra-debutmu?
Semuanya berjalan baik?” lelaki itu kembali menatapku. Kim Jong In adalah salah
satu trainee SMEnt dan akan didebutkan oleh perusahaannya dua bulan lagi. Aku
benar-benar senang karna menjadi penyanyi sekaligus penari adalah impian
terbesarnya saat ini.
“Iya. Semuanya sangat lancar.
Para anggota EXO juga semakin akrab, para hyung
membuatku nyaman untuk bekerja sama dengan mereka. Apalagi si maknae Sehunnie, usia kami hanya terpaut
oleh beberapa bulan saja”
Aku mengangguk-angguk,
mendengarkan ceritanya.
“Hmm, sebentar lagi pacarku akan
menjadi artis terkenal.” Aku mengerucutkan bibirku
“Haha. Kenapa? Kau cemburu akan
mempunyai banyak saingan? Bahwa aku akan memiliki banyak sekali fans yang
cantik?” sial!. Ia kembali menggodaku dengan seringai di wajahnya.
Membuatku semakin memasang muka
cemberut
“Ahhhh….. Jongin, ah…. Jangan
pernah sekali-kali kau tertarik oleh fansmu meskipun mereka lebih cantik
dariku” Aku memukul lengannya ringan.
Merasa berhasil, ia kembali
melepas senyum menawannya.
“Hahahaha…”
“Sayang, ayo kita berangkat
sekarang. Aku sudah memesan sepasang kursi untuk makan malam kita jam ini.” Jong
In berdiri mengulurkan tangannya, menyambutku untuk berdiri.
“Kenapa kita tak langsung ketemu
direstoran yang kau pesan saja sih, Jong In ah”
kami berjalan beriringan keluar dari kafe itu, Jong In menawarkan lengannya
untuk kumasuki tanganku.
“Tidak. Karena aku ingin kita
sampai disana bersama” ia memamerkan smirk
khasnya saat mengucapkannya.
“Hmmm…. Romantis” senyumku
menoleh padanya.
“Li ah, biarkan Oppa menjadi pria teromantis untukmu selalu” ucapnya
Oppa? Aku mengernyit
“Oppa kau bilang?” tanyaku
menyelidik. Aku melepaskan tanganku dari himpitan lengannya.
Jong In hanya tertawa sambil
berlari kecil ketika aku mengejarnya. Kami berlarian menuju mobilnya yang
terparkir
“Ya! Kim Jong In, kemari dan
jelaskan padaku maksud kata oppa
tadi” lelaki itu masih tertawa dan berlari menghindariku.
Sesampainya didepan mobil audi hitam
metalik milik Jong In, kami berdua berhenti. Jong In membuka pintu depan
samping kemudi untukku, seperti yang selalu ia lakukan, membungkukkan badan dan
memberikan isyarat tangan mempersilakan aku masuk. Aku geli dengan aksinya. Dan
akhirnya aku pun masuk kemobil yang selalu membawa kami berdua kemanapun yang
kami inginkan selama lebih dari 6 bulan ini.
“Changi. Sekali-kali panggillah aku Oppa” ucapnya menoleh padaku
sesaat, kedua tangannya masih sibuk mengemudi.
“Kenapa harus memanggilmu oppa?
Kau kan lebih muda dariku, Jong In ah”
“Ya! Panggil saja aku oppa”
“Tak mau”
“Harus mau”
Kami berdua terus bertengkar
selama perjalanan menuju restoran yang telah dipesan Jong In untuk dinner kencan kami hari ini.
kami berdua
menyukai pertengkaran seperti ini,
pertengkaran sayang.
“Aku mencintaimu, Oppa” Akhirnya
aku mengalah kali ini, dan mencoba memamerkan senyum terbaikku padanya.
Setelah aku mengatakannya, tangan
kanannya beralih menggenggam tanganku dan meremasnya, sementara tangan kirinya
masih mengendalikan kemudi. Ia tersenyum disepanjang jalan.
Dan aku yang terpesona oleh senyumnya
tertular untuk ikut
tersenyum.
*SELESAI*
1 komentar
-____________- wkwk, dasaaaaaaar
ReplyDelete