Moments — The Meeting
August 25, 2014
========================================================
Semalam aku
mendapatkan mimpi indah, mimpi tentang aku yang tiba-tiba dipertemukan kembali
dengannya. Iya! Dia, wanita, yang pernah mempesonaku di halte bus tempo lalu. Padahal
mulanya aku sangka bahwa waktu itu adalah pertemuan satu-satunya kami. Ternyata
aku salah, Tuhan masih mempertemukanku dengannya melalui mimpi. Dan aku sangat
bersyukur untuk itu.
Di dalam
mimpi tersebut, aku kembali dipertemukan dengannya di sebuah halte bus yang
bahkan aku sendiri tak pernah tau. Hanya ada kami berdua saat itu. Ia memakai
sebuah bando yang terdapat pernik mutiara, yang aku yakini hanya imitasi, juga
memakai sebuah dress bunga. Kala itu kami menaiki bis yang sama dan berakhir di
pemberhentian yang sama pula.
Yah, kalau
saja Dandy, kawan sekamarku, tidak mencipratiku dengan air teh panasnya pagi
ini mungkin aku masih bertemu dengannya di alam mimpi hingga saat ini. Pria kotor
yang juga penguasa kamarku itu memang kerap kali durhaka kepadaku. Lihat saja,
aku akan balas dendam kepadanya!
“Boi, sudah
bangun dan mandi saja. Lihat mukamu sangat jelek kalau bangun tidur.” Ujarnya,
namun tidak langsung kubalas alih-alih ku lempar wajahnya dengan bantalku. Kuat.
Lelaki itu sempat meringis ketakutan, tetapi kubiarkan saja.
“Gara-gara
kau nih. Rese. Padahal aku ketemu sama dia di mimpi tadi.”
“Dia? Dia siapa?....”
“Astaga,
gadis yang udah hampir dua minggu lalu kau temui di halte bus itu? Amboi, kau
masih ingat saja mukanya.”
Dandy, yang
kini kupanggil dengan sebutan parlente, terus mencemooh dan menggodaku
sepanjang pagi ini. Bahkan dia sengaja berbicara keras ketika aku sedang mandi.
Dasar, sinting! Tetapi kubiarkan saja, toh aku juga seperti itu ketika lelaki
itu juga menggila karena seorang gadis.
-
Lima menit
lagi waktu meeting pagi ini akan
dimulai. Aku tak peduli dengan jas dan dasiku yang masih berantakan, yang
penting aku memasuki ruang rapat dahulu. Bagitu masuk, kudapati kolega-kolegaku
telah rapi dan duduk dengan tenang di kursi masing-masing. Menurut kabar burung
yang kudengar, pagi ini diadakan rapat dadakan karena ada perkenalan menejer
baru di divisi tempatku bekerja. Tetapi, apa pun itu yang penting aku datang
rapat hari ini.
Dengan tergesa,
aku merapikan dasiku yang terlihat sedikit kusut karena tak pernah ku seterika.
Maklum lah, akhir-akhir ini pekerjaanku tumpang tindih tak keruan hingga aku
lupa kalau beberapa hari yang lalu seharusnya aku sudah menyerahkan cucian
menumpukku pada londre. Jadi yaaa, karena dasiku habis, akhirnya aku mengambil
yaa—kau—tahu—sendiri—di bak kotorku. Hihihi.
“Alamak,
amboi!!!. Nasib kau mujur nian, Boi”
Parlente tiba-tiba
berseru dalam bisik sembari menyenggol berkali-kali lenganku dengan kasar.
“Apasih?!”
“Lihat dulu
siape yang datang nih!! Liat!!”
Akhirnya aku
pun mengikuti arah mata si Parlente.
Deg!
Angin semilir
seakan mengibasku hingga membuat darahku berdesir. Degub jantungku berdetak
cepat dank eras. Aku rasa mimpiku semalam adalah pertanda sesuatu! Astaga,
gadis itu berada di satu ruangan bersamaku!!!
“Selamat pagi,
saya Anita Soraya. Manajer baru di sini.” Ujar wanita itu dengan sigap dan
tegas. Membuat senyum dan dada deg-deganku mencelos.
Matih!!! Gadis itu ternyata manajerku???!!
0 komentar