Macan Asia (Masih) Lapar Mengais Budaya

May 29, 2013



Kata budaya memiliki cakupan makna yang luas, tergantung dari sisi budaya mana makna tersebut diteropong. Dalam garis besar, budaya mencangkup bahasa serta adat istadat bagaimana kehidupan sekelompok manusia yang hidup bersama tersebut terbentuk. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat kaya akan beragam budaya yang berbeda dari Sabang hingga Merauke. Keberagaman tersebut dapat dilihat dari bahasa, musik, pakaian, rumah adat, makanan dan sebagainya. Kekayaan budaya Indonesia membuat dunia memberikan berbagai julukan untuk Indonesia, antara lain Jamrud Katulistiwa, negara Agraris, negara seribu pulau, negara megabiodiversitas (karena Indonesia sangat kaya akan flora dan fauna dibanding negara-negara lain di dunia), surga dunia, Paru- paru dunia, dan Macan Asia. Julukan Macan Asia terdengar sangat elegan bagi negara Indonesia, karena memberikan kesan bahwa Indonesia negara adidaya. Namun julukan tersebut seiring waktu berubah menjadi Macan Asia yang tertidur. Fenomena yang merupakan fakta bahwa Indonesia dengan kekayaan budaya yang dimiliki belum seluruhnya tereksplor dan memamerkannya kepada dunia, serta masih sibuk mempelajari budaya lain terutama dari bahasa, musik, hingga gaya berpakaian. Ketiga aspek kebudayaan tersebut merupakan yang paling kentara dalam bahasan ekspansi budaya di Indonesia ini.
Bahasa
Bahasa merupakan salah satu identitas suatu negara. Meskipun beberapa negara memiliki kesamaan bahasa namun mereka memiliki beberapa karakteristik bahasa negara mereka sebagai pembedanya. Indonesia memiliki banyak sekali bahasa yang berbeda di tiap daerah, sehingga ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu sekaligus bahasa resmi bangsa yang menurut Ki Hajar Dewantara merupakan adaptasi dari bahasa melayu. Banyaknya bahasa yang dimiliki negara Indonesia tampaknya tak membuat bangsa ini puas dengan hanya menguasai (pelbagai) bahasa daerah dan Indonesia saja.
Bebasnya jalan masuk bagi budaya lain ke negara ini membuat semakin merdekanya rakyat Indonesia untuk menerima bahkan mempelajari berbagai budaya tersebut. Budaya korea misalnya, banyak sekali masyarakat terutama kaum muda yang selanjutnya menamakan diri sebagai K-Popers, mulai menggandrungi budaya negeri ginseng ini. Bahasa korea pun mulai banyak terinstal dalam kehidupan berbahasa masyarakat Indonesia bahkan dalam percakapan sehari-hari ketika berada ditengah para pecinta budaya Korea khususnya, dalam kehidupan sehari-sehari mereka. Kerap kali terdengar kata ‘Oppa’, ‘Noona’, ‘Ahjussi’, ‘Eomma’, ‘Anneayong’ dan sebagainya menggantikan kata ‘kakak laki - laki’, ‘kakak perempuan’, ‘Paman’, ‘Ibu’, ‘Hai’. Sebelum bahasa Korea meraja lela, implementasi bahasa Arab yang mulanya berasal dari para Imigran asal negeri Arabian pun sudah tak asing masyarakat menyebut ‘Ane’, ‘Ente’, ‘Akhi’, ‘Ukhti’, ‘Abi dan Umi’ yang merupakan bahasa arab dari ‘saya’, ‘kamu’, ‘saudara laki-laki’, ‘saudara perempuan’, ‘Ayah dan Ibu’. Beberapa bahasa China yang dibawa oleh imigran China yang menetap di Indonesia pun turut menambah berbagai kosakata serapan dari negeri tersebut, kata yang sering terdengar adalah koko yang merupakan serapan dari kata gege (sebutan akrab untuk laki-laki yang lebih tua) serta cece yang merupakan serapan dari Jiejie (sapaan akrab untuk perempuan yang lebih tua). Berbagai kata asing yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bangsa ini merupakan tanda betapa terbukanya Indonesia menerima berbagai tamu budaya mereka menjadi keluarga, terbukti dengan menjadikan masyarakat keturunan Tionghoa dan Arab sebagai salah satu etnis di Indonesia.
Indonesia yang ibaratnya secara lahiriah merupakan negara yang kaya akan bahasa masih merasa tergelitik menerima dan mempelajari bahasa bangsa lain dalam kehidupan sehari-hari, tak hanya dipelajari secara formal dibangku sekolah maupun universitas. Dampak positif yang paling nampak adalah dengan keterbukaan ini, Indonesia semakin menambah kosa kata baru yang berasal dari berbagai bahasa bangsa lain yang kemudian sebagian diserap menjadi bahasa Indonesia maupun diterima secara bulat-bulat tanpa merubah apapun dari kosakata asing kedalam bahasa Indonesia. Indonesia yang katanya dulu dijuluki macan asia, sebuah ikon Asia, rakyatnya masih tertarik menggunakan bahasa asing dan berujung dengan makin banyaknya jumlah kosakata bahasa.
Musik
Seperti halnya bahasa, Indonesia kaya pula akan musik. Berbagai jenis musik dengan segala karakteristik dan keunikannya yang berbeda-beda tersebar dari ujung timur hingga barat negeri. Masyarakat Indonesia, jika ditanya mengenai musik traditional maka akan menyebutkan khas musik traditional yang meliputi nama alat musik, jenis musik, dan lagu daerah masing-masing daerah yang ditinggali.
Sebagai bangsa yang terbuka, Indonesia dengan segala kekayaan musiknya masih sudi dan tak enggan menerima musik bangsa lain. Fakta tersebut tak terelakkan kala berbagai lagu berjenis musik jazz, pop, arabian, rock, dan sebagainya dijadikan gaya bermusik oleh para musisi Indonesia. Sedangkan kuantiti musik asal Indonesia berjenis keroncong, dangdut, dan berbagai jenis musik daerah lainnya lebih sedikit diaplikasikan oleh musisi negeri dan ironisnya sebagian besar angkatan tua lah yang melestarikan. Meskipun masih terdapat angkatan muda yang berusaha melestarikan, namun jumlah pemuda Indonesia yang menggunakan jenis musik yang diimpor dari luar negeri Indonesia masih mengalahkan jumlah musik asli negeri.
Apresiasi bangsa Indonesia terhadap jenis musik yang berasal dari luar negeri terlihat jelas lebih besar jika dibandingkan dengan berbagai jenis musik daerah yang berasal dari negeri sendiri. Hal tersebut dapat dibuktikan jika ditelusuri berbagai bentuk ajang penghargaan musik di Indonesia, musisi yang memenangkan ajang tersebut selama ini sebagian besar adalah mereka yang mengusung musik beraliran pop, rock dan sebagainya ketimbang dangdut misalnya. Musisi yang memegang teguh aliran dangdut, keroncong, koplo dan sebagainya dapat dihitung jari bahkan beberapa aliran seperti koplo tak pernah masuk daftar nominasi dalam berbagai ajang penghargaan musik ditanah air. Itulah salah satu nilai minus dalam penggunaan serta pelestarian musik original Indonesia.
Jika dilihat lebih dalam, keunikan Indonesia yang memiliki banyak aliran musik lengkap dengan nama alat musik beserta lagunya merupakan sesuatu yang berbeda dengan negara manapun di dunia ini. Hanya Indonesia lah satu-satunya negara yang memiliki banyak sekali lagu daerah, aliran dan alat musik, berbeda dengan negara-negara lainnya yang memiliki satu atau dua aliran musik saja.

Pakaian
Pakaian adat ditiap daerah berbeda-beda dan memiliki karakteristik bahkan masing-masing memiliki makna filosofi tersendiri di negara katulistiwa ini. Belakangan ini batik dinobatkan sebagai pakaian nasional bagi bangsa Indonesia pasca insiden pengklaiman batik oleh negara lain yang terjadi beberapa waktu silam, meski Indonesia sekarang memiliki pakaian nasional yaitu batik namun tetap saja dalam arti sesungguhnya pakaian Indonesia ada puluhan.
Intensitas masyarakat Indonesia untuk mengenakan pakaian traditional masing-masing nampaknya semakin memudar seiring tahun-tahun globalisasi merajai Indonesia. Semisal kebiasaan masyarakat untuk memakai kebaya dalam kehidupan sehari-hari sangat jarang ditemui, berbeda 180 derajat dari zaman 80an, ketika itu dimana-mana wanita Jawa mengenakan atasan kebaya dan bawahan ‘jarik’ batik dengan rambut disanggul atau wanita minang yang memakai penutup kepala yang memiliki bentuk dengan atap rumah gadang. Saat ini pakaian adat hanya dikenakan untuk merayakan hari kemerdekaan dan berbagai acara resmi lainnya.
Meskipun banyak masyarakat yang kini menyampingkan penggunaan pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari, namun penggunaan beberapa pakaian khas Indonesia terutama batik intensitas pengunaannya lebih condong untuk berbagai acara resmi, seragam sekolah, bahkan kebaya salah satu baju adat Indonesia pun nampaknya menjadi pakaian resmi bagi para elite Indonesia terutama Ibu negara dari generasi pak Karno hingga pak SBY.
            Dengan merdeka dan bebasnya budaya asing yang keluar masuk Indonesia, membawa sisi positif dan juga diiringi oleh negatif. Sisi negatif yang diperoleh adalah sebagian aspek lebih senang digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari masyarakat semisal gaya berpakaian, bermusik, penggunaan bahasa asing yang sebagian besar dianggap hal yang gaul dan menunjukkan respektasi terhadap budaya yang disenangi. Sedangkan sisi positif juga tak kalah dengan sisi negatif yang telah disebutkan, dengan keterbukaan menerima berbagai instrumen budaya asing tersebut sangat besar memungkinkan Indonesia mendapatkan tambahan kosakata, berbagai jenis musik kasual semisal pop maupun rock yang umumnya digunakan angkatan muda dalam berbagai acara musik santai hingga semi formal sehingga memungkinkan penggunaan musik original Indonesia dalam acara (musik) resmi saja, keragaman pakaian yang dikenakan masyarakat Indonesia pun semakin beragam dengan masuknya berbagai merk pakaian luar negeri yang masuk di Indonesia tanpa melupakan pakaian daerah. 


You Might Also Like

0 komentar