Perilaku Sang Topeng

May 24, 2013

Tepat pukul 09.00 sidang pertama telah dimulai. Dikursi yang diduduki shanty tiba-tiba terasa sedikit bergetar, keringat mulai mengucur di keningnya. Dia sungguh yakin kekasihnya itu tidak bersalah atas tuduhan yang diberikan. Kukuh Sampoerna mendapat tuduhan penerimaan uang suap. Suasana persidangan yang pertama kali ia datangi pun tak terasa berarti baginya. Padahal biasanya dia selalu antusias dengan tempat yang baru pertama kali ia kunjugi meskipun tempat tersebut menyeramkan dan aneh sekalipun.
                “tenanglah, Shanty. Semua akan baik-baik saja”
                “bagaimana aku bisa tenang melihat kekasihku duduk di kursi terdakwa itu, Bu?”
Memang sulit kuakui, tapi ucapan Ibu memang sedikit menenangkan hatiku.
                “kalau memang dia tak bersalah kau tak perlu khawatir kan, nak?”
                “iya, bu. Terimakasih”
Benar kata Ibu, kalau memang tak bersalah aku tak perlu khawatir seperti ini. Ibu mengelus rambut ku perlahan.
***
“Shanty, besok aku akan membawa serta kedua orangtuaku kerumahmu”
“Kau bersungguh-sungguh, Kukuh?”
“tentu saja, kau pikir aku main-main dengan hubungan kita, sayang”
“baiklah, setelah ini akan kukabari orangtuaku”
“aku ingin kita mengadakan pesta pernikahan secepatnya”
“bagaimana kalau kita adakan 4bulan lagi?”
“ide bagus, sayang. Semakin cepat kita laksanakan maka semakin baik”
  Malam itu Kukuh benar-benar membawa orangtuanya ke rumahku. Betapa bahagianya diriku, setelah menjalin kasih selama hampir 2 tahun. Akhirnya Kukuh meminangku. Dia benar-benar meminangku tepat pada tanggal kelahiranku. Dan rencananya dia akan melaksanakan pesta pernikahan kita tepat pada tanggal kelahirannya.Kupikir dialah lelaki terbaik yang selama ini kumiliki. Aku merasa dia sangat menyayangiku, menuruti semua yang kuinginkan
                “kenapa kamu sangat senang dengan dunia politik, sayang” tanyaku pada kukuh setelah acara lamaran selesai.
                “Bagiku politik adalah hal yang paling menantang didunia ini” jawabnya tegas
                “Apakah kau mencintai pekerjaanmu, Kuh?”
“Tentu saja aku mencintai pekerjaanku, Shanty. Apa yang membuat kamu berpikir seperti itu?” kulihat kesungguhan dalam sorot matanya. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
“kamu sendiri bagaimana? Apakah kau juga mencintai pekerjaanmu sebagai politisi, sayang?”
“aku mencintainya karna kamu”
“bagaimana bisa” dia kaget, lucu sekali melihat ekspresi itu.
“bukan, sayang aku hanya becanda. Aku benar-benar menyukai dunia politik. Kamu tau sendiri kan kalau cita-cita ku memang menjadi politisi yang handal dan memihak pada putih”
“itu baru kekasihku. Aku bangga padamu”
                “hmmm.”
“ingatlah Shanty. Apapun yang terjadi jangan sampai hatimu gelap karna uang. Kita adalah pahlawan yang mengabdi pada rakyat, kita memiliki tanggung jawab besar atas itu” sekali lagi suaranya terdengar begitu tegas.
“ucapanmu itu semakin membuatku sayang padamu, Kukuh”.
***
                “Saudara Marzuki Rahman, silakan memberikan kesaksian anda” suara Hakim membuyarkan lamunanku.
“Terimakasih,pak  Hakim”
“silakan dimulai”
“baiklah, pada tanggal 27 November 2007. Tanpa sengaja saya mendengar Kukuh berbicara dengan seseorang melalui telpon. Dari pembicaraan yang saya dengar, saya yakin bahwa terdakwa berbicara dengan Sebastian, seorang pengusaha asing yang menggunakan kekayaan negara kita secara illegal. Dan sebagai gantinya Sebastian memberikan sejumlah uang kepada Kukuh agar apa yang telah ia lakukan tak diketahui oleh siapapun.”
“baiklah saudara Marzuki, kesaksian anda cukup sampai disini. Silahkan kembali ketempat anda”
“Terimakasih,pak  Hakim”
‘Apa-apaan ini. kenapa Marzuki mengatakan hal seperti itu? Setahuku Marzuki adalah seorang yang jujur. Apakah ia melakukan hal itu untuk memisahkan aku dengan Kukuh?’ spekulasiku mengenai Marzuki terus saja melintas dikepalaku.tiba-tiba
Rrrrr…….. ternyata sebuah sms masuk
“Shanty, semua yang kukatakan tadi adalah kebenaran”
“itu tidak mungkin. Kukuh-ku tak mungkin melakukan hal seperti itu”
“mengapa kau tak pernah mempercayaiku, Shanty?”
“aku tak akan mempercayai apapun yang kau katakan. Kau tak akan pernah bisa memisahkan aku dengan Kukuh”
“bukalah matamu Shanty. Aku memang mencintaimu sama seperti rasa cintamu pada kukuh, tapi aku tak pernah bermaksud untuk memisahkan kamu dengan kukuh, hanya saja aku tak tega kukuh membohongimu”
“sudahlah, kau tak perlu mengatakan apa-apa”
Setelah itu aku mematikan HP, agar Marzuki tak lagi membalas sms.
***
                “selanjutnya silahkan saudari Larasati untuk memberikan kesaksian anda”
Tiba-tiba muncul sosok gadis berparas cantik tengah mengajukan diri dihadapan hakim. Tapi siapakah sosok gadis berambut indah itu? Kenapa baru sekali ini aku melihatnya dan kenapa dia berani sekali memberikan kesaksiannya untuk kekasihku? Apa yang akan dia utarakan?.
                “Terimakasih atas kesempatannya pak hakim”
“silahkan dimulai”
“baiklah, selama aku bekerja di departemen naungan bapak Kukuh. Saya sama sekali tidak mendapati hal yang mencurigakan apalagi bukti bahwa bapak Kukuh telah menerima uang suap, pak Hakim”
“jadi menurut anda saudara Kukuh tidak bersalah?”
“benar pak Hakim”
“baiklah, kesaksian anda cukup sampai ini. Silahkan kembali ketempat anda”
“terimakasih pak hakim”
Wanita ini mengaku telah bekerja di instansi negara dibawah naungan Kukuh? Tapi seingatku aku tak pernah melihat wanita itu. Ada yang sebenarnya sedang terjadi? Mengapa aku merasa ada sesuatu yang aneh dipersidangan ini?oh, aku ingat. Wanita itu bekerja sebagai sekretaris sementara pengganti Bu Frida, sekretaris Kukuh.
Tiba-tiba wanita bernama Larasati itu ditarik oleh sosok wanita lain berambut pendek. Sepertinya ada sesuatu yang tak lazim. Mereka menuju kearah toilet. Baiklah, aku akan mengikuti mereka.
                “apa yang telah kamu lakukan, Laras?”
“kenapa kau bertanya seperti itu, Inggrit?”
“jangan pura-pura lugu. Mengapa tidak kau katakan hal yang sebenarya?”
Apa? Dia mengatakan hal yang tak benar? Apa mungkin Kukuh benar-benar bersalah dalam hal ini?.
“kalau aku mengatakan hal yang sebenarnya. Maka Kukuh akan dipenjara, aku akan semakin menderita kalau ia menderita”
“Tapi apa yang telah kamu lakukan itu salah. Kau sudah tak ada hubungannya lagi dengan kukuh, Lagipula dia sudah bertunangan dengan Shanty”
“itu memang benar. Tapi sehari sebelum persidangan ini dimulai aku telah tidur bersama Kukuh. Dia berjanji akan kembali kepelukanku jika aku tidak mengatakan hal yang sebenarnya”
Apa? Kukuh telah tidur bersama wanita itu? Kenapa Kukuh tega mengkhianatiku? Kenapa dia memakai topeng didepanku, ya Tuhan apa yang terjadi padaku?. Jadi apa yang selama ini telah dikatakan Marzuki itu benar. Tapi aku juga sangat mencintai kukuh. Aku merasa kakiku sungguh terasa lemas dan aku pun merasa air mataku telah meleleh. Apa aku harus melakukan apa yang dilakukan oleh wanita itu.
***
Sore itu aku terkejut. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan Kukuh dengan seseorang. Tampak juga seorang gadis berdiri tepat didepan meja kukuh.
                “itu bisa diatur, pak. Asal imbalan yang saya dapatkan itu pantas maka akan saya pertimbangan” demikian suara Kukuh dengan bahasa inggris.
“Laras, kalau Bapak Sebastian telah mengirim uang ke rekeningku tolong segera beritahu aku”
“baiklah. apapun akan kulakukan untukmu, kukuh”
Sebenarnya siapa wanita itu kenapa dia Cuma menggil ‘KUKUH’? tak ada embel-embel ‘pak’. Ah, sebaiknya aku segera masuk kedalam. Tok…tok…tok…
                “hai, Kuh”
“hai, Sayang. Tumben pagi-pagi sudah kekantorku”
“tadi sebelum berangkat Ibumu memintaku untuk memberikan ini padamu”
“oh, ini dia file-ku dari tadi aku mencarinya. Ternyata tertinggal dirumah”
“tadi kamu bicara sama siapa dan siapa wanita yang baru saja keluar dari ruangan ini, sayang?”
“oh, wanita tadi adalah sekretaris smentara pengganti bu Frida. tadi aku bicara dengan seorang teman. Dia menawariku untuk menjadi pengusaha”
“pengusaha?”
“ya, tapi bagaimana aku bisa bekerja sebagai pengusaha sementara aku mencintai dunia politik?” senyum simpul tergambar diwajahnya.
Aku merasa ada yang aneh dalam diriku ketika berpapasan dengan wanita tersebut. sebenarnya aku ingin menanyakan lebih banyak tentang wanita itu. tapi sudahlah, Aku percaya pada Kukuh, apalagi kami telah menentukan tanggal pernikahan.
***
“apa yang terjadi, sayang? Kenapa kau diluar persidangan?” tiba-tiba suara Ibu mengagetkanku.
“ternyata selama ini dihadapanku bukanlah Kukuh yang sebenarnyd”
“apa maksudmu bukan kukuh yang sebenarnya, nak?”
“kupikir dalam hal ini kukuh benar-benar bersalah”
“apa kau yakin?”
“aku sungguh yakin, bu”.
Mendengar pernyataanku Ibu hanya menghela nafas.
“Lalu apa yang seharusnya kulakukan, bu?. Aku mencintai Kukuh. Tapi aku juga mencintai dunia ini”
“lakukan apa kata hatimu, nak. Jangan sampai kau melukai cintamu”
“apa yang ibu maksudkan?”
“salah satu dari mereka pasti ada yang lebih kau cintai. Pilihlah salah satu dari mereka. Mantapkanlah hatimu,pikirkanlah,  Ibu yakin kau pasti tahu kau akan memilih yang terbaik”
Ku akui aku memang mencintai Kukuh, baru sekali ini aku bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat sayang padaku, bahkan dia sudah melamarku dan 4bulan lagi pernikahan kami akan dilaksanakan, namun kenapa dia malah menyakitiku dengan cara seperti ini. Aku juga mencintai pekerjaanku, aku merasa pekerjaanku sebagai politikus ini telah mengalir dalam darahku, menyatu dan hadir dalam setiap detak jantungku, sejak awal aku memasuki dunia itu aku merasa punya tanggungjawab besar untuk menjaganya tetap putih.
“baiklah, Bu. Aku sudah menetapkan pilihanku”
“bagus sekali. Meskipun Ibu tak tahu apa yang kau pilih, tapi Ibu yakin kau memilih yang terbaik”.
“terimakasih, Bu. Setelah ini aku akan mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai politikus”
“kenapa, nak?”
“aku tak mau lagi melihat cintaku dikotori dengan sesuatu yang tak seharusnya”
“apapun yang kamu lakukan. Selama itu benar ibu akan selalu mendukungmu, nak. Sekarang ayo, kita masuk. Hakim sudah memanggil namamu”
Baiklah, aku akan mengatakan hal yang sbenarnya. Maafkan aku Kukuh. Aku benar-benar tak mau menodai cintaku terhadap politik ini.
“saudara Shanty, silahkan memberikan kesaksian anda”
“baiklah. Terimakasih pak hakim, pada saat itu……”

You Might Also Like

0 komentar