[Hari Keempat] Naga Shin

January 03, 2017




Well, sepertinya aku mulai bosan, katamu. Kertas-kertas soal ujian apalagi kertas jawaban yang membutuhkan kerja lebih keras untuk mengisi lingkaran jawaban makin membuatmu jengah. Tiktok jam terasa menghantam kepalamu karena bunyinya yang mengganggu namun tak lantas mengabu.
Eh, kamu paham gak sih di recording ini dia ngomong apa aja?, bisikmu pada Lala yang duduk disampingmu. Hsst, La. Udah sampe nomor berapa?, tanyamu lagi. Sial, gadis itu tak mengindahkan suara cericitmu barang sekalipun.

Di pojokan ruangan tiba-tiba kamu melihat seekor naga yang seingatmu kamu letakkan di meja kecil samping ranjangmu. Tunggu, kenapa dia makin besar? Dan.. dia.. hidup? What the fuck!, serumu dalam hati. Kau tak lagi berkonsentrasi pada betapa bosannya dirimu mendengarkan celoteh listening recording yang suaranya membahana seantero ruangan juga pada kertas-kertas yang makin lama makin membuat matamu berteriak jengah.
Kamu yakin gak mau berkonsentrasi pada ujianmu?, Naga itu berbisik padamu, tak ada suara yang keluar dari mulutnya hanya gerakan saja, namun anehnya kamu paham.
Shin, kamu bisa bicara?, tanyamu pada si Naga, yang sudah setahun ini kamu beri nama Shinsin, hanya menggerakkan bibir saja. tentu saja, kamu kira siapa yang selama ini menyanyikan lagu lullaby di telinga kananmu, bego, jawabnya sedikit judes.
Jadi, yakin? Masih ada 20 soal lagi dan kamu malas-malasan mengabaikan mbak-mbak di audio itu? Percuma dong kamu bangun pagi tadi, meninggalkanmu di kamarmu yang berantakan itu, tutur si Naga dengan lancar.
Oh, fuck. Bahkan selain ibu ada kamu yang menyebut kamarku berantakan. Demi Tuhan, hanya kasurku kok yang berantakan, Shin, belamu pada diri sendiri.
Tetap saja, itu merusak pandanganku, aku benci, ucap si Naga lagi. Ada tempo diam setelahnya, beberapa saat kemudian si Naga berkata, kalau kamu tidak mau disini lagi aku bisa membantumu teleportasi, kamu mau?, tawarnya. Hatimu tergiur.
Aku mau banget, jawabmu bersemangat. Tidak menyadari bahwa soal listening berada di penghujung, sekarang sudah nomor 48, tinggal dua nomor lagi. Dan kamu tidak peduli.
Siap, masalah nilai itu urusanmu dan urusan masa depanmu ya, kata si Naga memperingatkan.
Si Naga terbang ke arah kamu dan seiring dekatnya jarak diantara kalian, si Naga mengecil dan mengecil hingga ia dapat duduk di bahumu. Dalam hitungan ketiga kita teleport ke tempat yang kamu mau. Siap?, kata si Naga. Kamu mengangguk lebih bersemangat.
Satu
Dua
Tiga
Hap! Kalian berdua menghilang dan menuju tempat yang selama 3 detik ada dalam imajimu.
Kamu telah meninggalkan kertas soal dan jawaban yang kamu anggap membosankan. Kamu meninggalkan setitik harapan yang seharusnya kamu perjuangkan. Kamu hilang bersama si Naga untuk kejenuhan sesaat yang terganti dengan kebahagiaan sesaat lalu berujung pada penyesalan yang mungkin berkali lipat.

-selesai-

well, sebenarnya terlambat sih saya ikut program menulis 30 hari di bulan Januari ini. tapi gpp lah ya... namanya juga pengen. ini ceritanya gak jelas banget, pokoknya apa yang ada dipikiran ya dituangkan saja.

You Might Also Like

0 komentar