Kode (bagian 1)

July 22, 2016




Karakter: Dr. Langdon, dr. Sienna Miller, dr. Louis Kang.

Terasa dihantam oleh palu, kepalanya berdenyut hebat. Langdon membuka dua manik penglihatannya dengan memegangi kepalanya. Matanya mengobservasi sekeliling. Tangan kanannya baru terasa nyeri saat ia menemukan sebuah jarum infus yang mengalirkan cairan ion ke dalam tubuhnya. Matanya masih menatap nanar sekelilingnya, namun meski demikian, ia paham dirinya berada di dalam rumah sakit. Saat ia menyadari sebuah bel pemanggil tepat di atas kepala sebelah kanannya, dengan meringis ngilu, ia menekan tombol itu dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan kepalanya yang terasa berat. Dari telinga hingga otak, Landon seperti mendengar dengungan keras yang menambah sakit di kepala yang terasa berat.

Tak lama pasca ia menekan bel, dua sosok berjubah putih dan stateskop yang tergantung di leher menyerbu masuk ke kamar Landong dengan langkah tergesa.
“Anda sudah sadar rupanya, Mr. Langdon?”, tanya salah satu dari mereka. Seorang perempuan dengan suara heelsna yang mengetuk-ngetuk lantai tiap kali ia berjalan. Bahkan suara ketukan heels yang biasanya terdengar seksi pun rasanya seperti dihantamkan ke kepala Landon di tiap ritme ketukannya.
“Saya dimana?” Landon tahu itu pertanyaan retoris, namun ia sungguh berharap bukan hanya ‘anda di rumah sakit’ jawaban yang ia tunggu saat ini.
“Anda tidak ingat sama sekali ya?” tanya dokter satunya. Seorang lelaki bermata biru, rambut berpotongan cepak dan kelimis, juga sebuah kacamata yang terpasang untuk membantu penglihatan. Menanyakan hal itu sembari memberikan ekspresi kasihan untuk Langdon.
Langdon menggeleng sebagai jawaban.
Dokter perempuan yang pertama kali menyapanya tadi kembali mengambil alih Langdon, “Biar saya periksa dulu kondisi anda. Oiya, perkenalkan nama saya Sienna Miller.”. Langdon mengangguk dan berucap lirih, “Langdon”.
Lelaki itu bereaksi menolak saat dokter cantik itu hendak menyentuhkan stateskop pada dada Langdon yang telah terpasang beberapa kabel pendeteksi jantung.
“ceritakan dulu bagaimana saya bisa ada disini.”, lelaki itu bersikeras. Layar monitar di samping kirinya menunjukkan reaksi sedikit dramatis detak jantung Langdon. Sang dokter muda sejenak bersitatap, menunjukkan ekspresi khawatir.
“Saya berhak tahu” tegas Langdon. Kembali matanya mengeksplorasi sekelilingnya.
Saat sang dokter siap menceritakan sesuatu, Manik mata Langdon yang berwarna hijau gelap bersirobok dengan plastik transparan yang ia yakini berisi pakaiannya—tergeletak diatas meja tamu. Dari jarak yang bisa dia lihat, Dr. Langdon dapat berspekulasi bahwa ia telah melewati masa berdarah-darah dilihat dari warna merah yang mendominasi baju berwarna dasar putih itu.
“Itu pakaian saya kan?”
“Iya, benar”
Sesaat Langdon bergidik ngeri mengingat kuantiti merah di kemeja putihnya.
 “Baiklah, akan saya jelaskan. Perkenalkan nama saya dr. Louis Kang. kondisi anda berdarah-darah semalam namun saya salut anda sanggup menuju kemari seorang diri. Anda mengalami hilang ingatan sesaat, mengakibatkan memori anda dua tiga hari lalu hilang.”

(Bersambung)

You Might Also Like

0 komentar