Treacherous
November 08, 2014
=========================================================================
“Jadi bagaimana kabar hidupmu
sekarang, mas?” tanyaku padanya malam itu.
“Yah, seperti yang kau lihat detik
ini. aku masih sehat wal afiat dan masih tetap tampan.”
“Ah, kau ini!” jawabku dan meninju
pelan lengannya yang terlihat lebih berisi dan padat. Pasti dia rajin membentuk
otot-otot itu sekarang.
Aku bertemu kembali denganmu,
disebuah persimpangan jalan. Kau yang tak sengaja menemukanku berjalan seorang
diri hendak masuk di kedai kopi langgananku pun ikut beralih mengekoriku masuk
kedalam kedai itu.
“Wah, aku kangen momen kita waktu
ngopi disini.”
“Hah? Kita?”
“Ah, kau tak usah pura-pura tak
tahu kalau kita ada hubungan khusus lah.” Kau menyengir, dan aku bergidik sebal
menanggapi guyonannmu.
“Jadi gimana seka…”
“Aku kangen kamu!” penggalnya.
Membuatku terpengarah dan mengerjapkan mata.
“Dan aku suka kamu. Did I ever say
that before?” lanjutnya. Ia menggaruk belakang kepalanya nampak grogi dan
memandangku dengan malu-malu.
“Kau jahat, mas!” ucapku
tiba-tiba. Sedetik kemudian aku menangis tanpa sebab. Entahlah. Tiba-tiba emosi
itu keluar begitu saja,
“K..kau…. menangis?” katanya
panik.
Aku mengusap air mataku dan
berusaha tersenyum kepadanya.
“Bagaimana bisa
seorang lelaki meninggalkan gadis yang mencintai dirinya tanpa pamit, tanpa
kabar, apalagi telpon. Dan sekarang tiba-tiba bilang kalau lelaki itu suka pada
si wanita? Bukankah ini menyebalkan.”
Aku berdiri dan
melemparkan minuman air putihku ke wajahmu. Dan meninggalkan dirimu. Aku tak mengindahkan
kau yang terus memanggil-manggil namaku. Hingga akhirnya kau menarikku paksa
dan membuatku menatap dirimu.
Kita diam dan
bersitatap untuk sepersekian detik.
Kemudian kau
menyandarkan kepalaku kedalam pelukan hangatmu.
“I love you.
Maafkan aku.”
Aku merasakan
kehangatan terlebih karna pacu jantungmu yang menggetarkanku juga.
Dan…
Aku membalas
pelukanmu.
Jangan
menghilang lagi ya…
Batam, 11 Oktober, 2014
2 komentar
“Jadi bagaimana kabar hidupmu sekarang, mas?” ini adalah pertanyaan yang sulit, bagaimana jika orang tersebut, dahulu begitu dekat dengan kita, dan kemudian kita bertanya tentang kehidupannya, bukankah kehidupan itu penuh dengan fiosofi, kasihan si tokoh yang ditanyain begitu, apalagi kalian kemudian bertanya tentang arti kehidupan: apakah kamu bahagia?.
ReplyDeleteEngkau bertanya -apa kabar hidupmu, ketika ia mulai pelan-pelan membuka lembaran baru untuk melupakanmu, ah romance. Bikin tragis Mi endingnya :D Semangat ya nulis, aku ketagihan baca tulisan mu :D
Hola, kawan
Deleteawawawaw.... pertama thax for your comment. bikin semangat nulis nih, bra.
iya pertanyaan itu tiba-tiba muncul aja di kepalaku. waktu itu aku langsung mikir gak semua orang dengan gamblang bisa menjawab pertanyaan itu kalau kita udah lama gak ketemu orang itu, parahnya kalau ternyata kita punya perasaan 'khusus' buat dia. hahaha
aku suka manisnya romance, Kin. anget-anget gimanaa gitu, apalagi kalau ditemenin secangkir kopi. hahaha...
aku masih dalam perjalanan, kawan. doakan!
kamu juga semangat, kawan...
Xoxo