Moments – Her
July 19, 2014
==================================================================
Hari senin bisa jadi hari yang
menyebalkan bagi sebagian besar orang. Tanpa tanggung-tanggung, hari senin pun mendapatkan
sekelompok pembenci dari berbagai golongan mulai dari pelajar hingga pekerja. Namun
hari senin di minggu ini berbeda denganku, memang aku merasakan beban berat
jika harus berhadapan dengan hari ‘sakral’ ini. Dimana aku harus meninggalkan
waktu santaiku dan memulai kembali aktivitas rutinku, bertemu dengan bos
dikantor yang killer hingga
orang-orang disekitarku yang sebenarnya sangat malas untukku bertemu.
Baiklah, kembali lagi ke topik
sebelumnya. Tentang mengapa senin pagiku hari ini berbeda. Aku, seorang pria
berusia di awal 30an, bertemu dengan seseorang yang mampu menarik perhatianku
sepenuhnya. Setelah sekian lama, aku kembali merasakan degupan jantungku yang menaik juga aliran darahku yang mengalir
dengan deras namun acak, bagaimana tidak? Kupikir disaat seperti ini darahku
mengaliri bagian-bagian tertentu dari tubuhku saja, wajahku dan telingaku.
Pagi ini takdir mempertemukanku
dengannya. Semuanya terjadi secara tak terduga dan cepat. Dia adalah seorang
gadis, nampaknya usianya lebih muda dariku. Kalau boleh kusimpulkan dari
penampilannya, Ia tak tampak seperti seorang pekerja mungkin lebih mirip
seorang mahasiswi semester akhir. Penampilannya sederhana. Hanya jeans hitam,
sebuah blouse dengan corak bunga, dan sebuah tas punggung kecil, ah dan sepatu
mini boots.
Gadis muda itu nampak membaca sesuatu
sembari mendengarkan lagu. Seberapa pun aku mengobati rasa penasaranku tentang
buku itu, aku tak bisa membacanya terlebih mengetahui artinya. Mungkin itu
bahasa Jerman atau Perancis. Entahlah, yang pasti bukan merupakan bahasa
Inggris apalagi Indonesia.
Sama sepertiku, ia sedang menunggu
sebuah bus datang menghampiri kami dan beberapa orang di halte bus saat ini.
Pandanganku terasa tak dapat lepas darinya meskipun beberapa kali aku mencoba
menahannya, tetap saja mata ini beberapa kali melirik kearahnya. Syukurlah,
hingga saat ini aku tidak ketahuan. Oh iya, aku juga sangat menyukai make up
gadis ini. Ia hanya mengenakan bedak tipis dan bibirnya berwarna oranye lembut.
Ayolah, aku tahu meskipun seorang wanita tampak seperti tidak mengenakan
makeup, sebenarnya mereka tetap memakainya, kan? Aku tahu betul, karena
keluargaku di dominasi oleh para perempuan, hanya aku dan papa saja yang
berjenis kelamin lelaki.
“Hey, Bung? Tumben sekali kamu bangun
pagi”
Sial!
Seseorang yang kuanggap virus pagi ini
tiba-tiba muncul dan semena-mena merusak suasana hatiku. Dandi, pria yang
kumaksud, tiba-tiba menepuk punggungku dan menyapaku dengan keras hingga
membuat beberapa orang di halte ini menoleh kearah kami …. termasuk gadis itu.
Bagaimanapun juga aku berterimakasih
pada Dandi pagi ini, berkatnya, aku dapat melihat langsung kedua mata gadis
itu. Kami sempat beradu tatap selama dua detik—meskipun sebentar namun sangat
berharga buatku dan cukup membuatku salah tingkah.
“Kamu ganggu aja, Dan.” Ujarku meninju
Dandi untuk mengusir kecanggunganku karena dua mata gadis itu.
“Eh, mana motor kamu kemarin?” tanyaku
lagi. Dandi diam sesaat kemudian tersenyum nakal yang terlihat sangat
menyebalkan bagiku.
“Aku gadaikan”
“Buat apa lagi, Dan??”
“Pacarku minta belikan laptop baru.”
Dan jawaban sahabatku itu membuatku
memukul kepalanya tanpa ampun sembari berkata, “BODOH!” padanya.
Beberapa saat setelah obrolanku dengan
Dandi mengenai motor barunya yang kredit dan digadaikan itu, tiba-tiba sebuah
bis kota berhenti tepat di hadapan kami. Bis itu bukanlah bis yang aku tunggu,
kemudian kulihat gadis itu menutup bukunya, mencopot headphones yang semula
tertancap di kedua telinganya, lantas beranjak menuju bis tersebut. Di saat itu
hatiku langsung mencelos, akankah aku dapat bertemu dengannya kembali?
Aku tak bodoh, aku melihat kode bis
tersebut, setidaknya aku tahu kearah mana kira-kira perempuan itu tuju. Kalau
saja hari tidak ada deadline, mungkin aku sudah mengejar gadis itu sekarang.
Semoga nasib mempertemukanku kembali
dengannya besok.
0 komentar