EVOL
April 18, 2018
“Hey?! Hello??? Kamu mau pesan apa?”
Mungkin karena aku masih saja tak bergerak, Hando menyenggol
lenganku dengan lengannya. Membuatku gelagapan. Dan akhirnya hanya bilang, “Es teh
saja. Sama ramen”
Kemudian lelaki didepanku bilang ke pramusaji yang semula
tidak kuketahui kehadirannya, “Saya gak jadi sushi, mas. Ramen aja kayak dia”.
Aku tersenyum geli sembari menggodanya, “Ih, dasar mimikri.”.
dia pura-pura sewot, “Ya nggak lah. Ngapain niruin kamu. Kepikiran aja
tiba-tiba pengen ramen. Cih”
Melihat ekspresinya yang seperti anak kecil ketahuan mencuri
permen, aku tak hanya tersenyum seperti tadi tapi ngakak. Tak peduli ia akan
malu melihat wanitanya tertawa seperti itu di tempat umum.
Dan sayangnya ia tak telihat malu bahkan keberatan sama
sekali, ini salah satu alasan kenapa aku nyaman bersamanya. Er.. sebenarnya
seingatku dia tak pernah malu bagaimana penampilan atau perilakuku. Tidak tahu
persisnya karena ia tak pernah mempermasalahkan soal itu.
Ada banyak hal yang membuatku suka dan sekarang sayang padanya,
salah satunya menerima perilaku dan penampilan meski sekali dua kali menyinyir
kenapa pakai baju ini itu, tidak perlu dandan. Sedikit kesal, namun tak apa,
karena ada lebih banyak hal yg aku suka tentangnya.
Tiba-tiba pria ini sedikit menyondongkan badannya padaku,
sedikit berbisik “Kamu tadi mikir apa sih? Melongo gitu. Punya utang ya? Berapa
puluh ribu?
“Ih, aku ga pernah utang ya. Sebisa mungkin aku hindarin. Apalagi
cuman berapa puluh ribu”, jawabku menjauh dan menunjukkan ekspresi jijik.
“Ya, kan aku Tanya. Kalau orang miskin kan biasanya suka
utang receh-receh gitu. Seribu, sepuluh ribu...”
Belum selesai ia menyelesaikan kalimatnya, aku mencubit
lengannya. Tidak keras tapi karena dia suka melebih-lebihkan jadi ia menjerit
lumayan heboh. Malu-maluin.
.
Dia tidak tahu aku tadi memikirkannya, tapi aku tak akan mau
memberitahunya. Hehe.
Begitu memilih salah satu kursi dan duduk, aku melihat
wajahnya dan kenangan semalam terbesit kembali diingatanku.
Pukul 10.00 malam, saat aku siap beranjak tidur. Mematikan lampu
kamar namun seketika urung menyalakan lilin beraroma. Sebuah pesan mampir di
ponselku dan aku tahu siapa pengirimnya. Ya, aku memang memasang nada dering
khusus untuk dia, Hando. Jadi itulah mengapa aku bisa langsung buru-buru mengambil
ponsel saat nada itu berbunyi.
Saat kubuka, kurasakan aliran darahku semua mengarah ke
kedua pipiku. Tak kuasa aku menahan bibirku untuk tak senyum saat ia
mengirimkan screenshoot lagu yang sedang ia dengarkan waktu itu, Perfect – Ed Sheeran.
Dua detik setelahnya nada itu kembali bunya, ‘Yang dibilang Ed Sheeran disini
sama kayak yg aku rasain ke kamu’.
Duar.. bukan hanya senyum-senyum seperti orang gila, tapi
malah nangis. Iya tahu, aneh. Tapi mau bagaimana lagi.
.
Ya, itu tadi memori yang mampir sebentar dan membuatku seperti
melamun.
“Nah, itu kayaknya mas – masnya bawain makanan kita” Katanya
berbinar.
Aku pun tertular.
“Yey”
Dua porsi ramen, es teh tanpa gula dan es milo.
Dan karena kami berdua hobi makan, pembicaraan berhenti. Kami
seperti lomba makan seakan makanan itu musuh kami dan harus segera kami
kalahkan dengan mengubur di perut masing-masing.
“Ah… habis. Jangan lupa, habis ini aku mau ke kamar mandi
dulu sebelum film mulai”, katanya. Membuatku hampir tersedak. Ah, dia selalu
duluan habis makannya padahal aku selalu berfikir makanku cepat dan rakus.
“Hah. Ya, terserah. Aku nunggu di depan.”
“Oke. Nih bawa ya” ucapnya, memberiku 4 tiket dengan jam
tayang yang beruntun. Ya, hari ini 15 Februari. Hari kasih sayang untuk kami. Khusus
untuk kami, karena kami tidak mau sama seperti orang kebanyakan yang merayakan
hari kasih sayang tanggal 14 Februari.
0 komentar