Sang Kakek

April 19, 2016

http://i.huffpost.com/gen/1678455/thumbs/o-DOBRI-DOBREV-570.jpg
-o-
Seorang pengusaha duduk di salah satu kursi taman, orang tersebut tak pernah terlihat menganggur duduk disitu sebelumnya. Pengusha tersebut adalah seorang lelaki berusia 32 tahun. Ia terlihat sedih dengan setelan jas kantor necis yang masih menempel dibadannya.
“Jangan terlalu mencintai, nanti susah membiarkan pergi. Jangan terlalu mencintai nanti susah membiarkan pergi.”

Lelaki itu menoleh kearah sumber suara. Terlihatllah seorang kakek duduk diatas gelaran tikar di salah satu sisi rumput dengan baju lusuh duduk dengan sebuah tongkat. Lelaki itu menduga si kakek menggunakan tongkatnya untuk membantunya berjalan. Kakek itu buta, dua manik matanya tertutupi oleh selaput putih tebal.
Merasa kasihan, Si lelaki mengeluarkan uang dari sakunya, di sakunya ia menemukan selembar uang 2000 dan selembar uang 5000. Si lelaki pengusaha muda itu mendekati si kakek. Ia berjongkok untuk mengurangi jarak antara mereka berdua.
“Kakek tiap hari kesini?”
“Iya.”
“Cuman karena uang receh?”
“Uang receh juga berharga untuk saya, nak” kata si kakek.
Benar juga, si lelaki menanggapi dalam hati.
“Selain itu ada lagi alasannya.”
“Huh? Apa, pak?” lelaki itu penasaran dengan tujuan lain si kakek selain meminta-minta.
“Saya hanya ingin mengingatkan orang-orang yang terlalu stress dengan dunia yang dia kejar.”
“Memang bapak tahu semua orang yang ngaso di taman ini pasti orang-orang yang stress dengan duniawi yang mereka kejar.”
“Tentu saja tidak semua, nak. Tetapi saya bisa melihatnya. Saya bahkan bisa lihat kamu meski saya buta.”
Si lelaki tertawa tertahan, merasa si kakek melucu.
“Kamu pakai setelan jas warna abu-abu, kan? Kulitmu sedikit cerah untuk kategori orang Indonesia. Kamu memakai jam tangan di tangan kananmu dan sebuah gelang warna hitam di pergelangan tangan kirimu rambutmu cepak kelimis belah pinggir kanan.”
Seketika si pengusaha muda itu terdiam, ia terperangah dengan deskripsi si kakek tentang fisiknya.
 “Kok kakek bisa...”
“Meski saya buta, saya bisa merasakan kehadiran seseorang, kehadiran itulah yang membuka mata batin saya.”
Si lelaki masih terdiam.
“Jangan terlalu mengejar duniawi. Hidup itu santai saja. Jika memang rejeki, maka dengan sendirinya rejekimu akan datang. Jangan takut jika usahamu merosot. Semuanya akan baik-baik saja.”
Si lelaki kini membisu mendengarnya.
Bagaimana bisa kakek ini tahu?
Ini buat kakek. Semoga anda selalu dalam lindunganNya dan sehat selalu.” Kata si lelaki muda tadi, ia menyelipkan selembar uang 2000 kedalam saku dan memberikan selembar lima ribu untuk kakek tadi.

You Might Also Like

0 komentar