Casts: Ahn Seung Ah,
Kim JoonMyun, Kim MinSoek, Do Kyungsoo, Kim JongDae
==============================================================
“Hey, pemalas. Bangun!”
Tiba-tiba tempat tidurku terasa sedikit miring ke kanan. Seseorang duduk di
sudut kanan tempat tidurku. Itu sudah jelas.
“Ngapain sih pagi-pagi
gini? Suaramu seperti speaker, tau!”
aku membuka mata yang masih sedikit terpincing kepada seseorang yang kini duduk
disamping kanan tempat tidurku.
Jong Dae tertawa lepas
dan keras, ia memang selalu tertawa seperti itu. Lebar dan memekakkan telinga. Ia
terus-menerus menggoyang-goyangkan tubuhku ketika aku hendak mengatupkan
kembali dua kelopak mataku dan menaikkan kembali selimutku.
“Ayolah bangun, tuan putri.”
Ia masih tak menyerah menggangguku agar terbangun. Aku tak mengacuhkannya sama
sekali, dan berupaya memejamkan mata. Yang aku butuhkan hari ini adalah tidur
seharian karena kemarin jadwal syutingku benar-benar menguras tenaga dan waktu
hingga membuatku pulang pukul 2 pagi.
“Jong dae-ah, ngapain pagi-pagi kau kerumahku? Biarkan
aku tidur. Pleaseee” aku
mengucapkannya dengan mata tertutup.
“Baiklaaaahhh…”
ucapnya. Aku merasa lelaki berisik itu tak lagi duduk disalah satu sisi tempat
tidurku, ia melangkah pergi. Syukurlah.
Semenit kemudian,
telingaku menangkap suara keras yang ternyata bersumber dari televisi yang
berada di seberang tempat tidurku. Jong Dae jelas-jelas menekan volume televisi
itu hingga mendekati maksimal.
“Demi Tuhan, Jong Dae …
ini masih pukul 4 pagi!!!!” aku melempar salah satu boneka beruangku padanya.
Namun ia balas menatapku seakan berujar ‘Problem??’.
“Oppaaaaaa, usir Jong Dae dari sini!” aku berteriak frustasi
Sejenak kemudian,
Chanyeol berteriak,
“Bagaimana bisa aku
mengusir teman baikku, Eunji-ah?. Lagipula
pamali kalau seorang gadis bangun siang sepertimu, tau!”
Aku mengambil ponselku
yang tergeletak disamping tempat tidurku. 04.00, itu waktu yang kudapati.
Penglihatanku tak salah.
Siang?
Bukankah ini masih pukul 4 pagi? Ada apa sih dengan orang-orang ini?
Jong Dae tersenyum
penuh kemenangan mendengarnya. Oke, bahkan Chanyeol pun memihak kepadanya.
“Fineee, kau berhasil menghancurkan jadwal tidurku, Jong Dae-ah. Kau puas sekarang?!” aku
menggertaknya. Namun lelaki itu semakin memamerkan deretan gigi putihnya
padaku.
“Ngomong-ngomong, hari
ini kau harus dandan dengan cantik. Sekarang kita berangkat bersama ke taman
favoritmu yang dekat komplek itu. Chanyeol hyung yang mengajaknya.”
“Memangnya ada acara
apa, Jong Dae-ah?”
“Kau lupa ini hari
apa?” Aku melihat Jong Dae yang melebarkan diameter bola mata hitamnya sekian
milimeter ketika aku menggelengkan kepalaku.
Memangnya ini hari
apa?.
“Sekarang hari senin,
Bodoh.” Jongdae menjitak kepalaku hingga wajahku hampir menyentuh lutut.
Sial!
Pagi-pagi aku sudah
dikerjai oleh manusia troll macam
Jong Dae. Aku lempar bantal, guling, juga tiga bonekaku kearahnya hingga
laki-laki itu keluar dari kamarku. Dengan tawa liciknya yang berisik.
~
Secara tiba-tiba
sekelompok pengamen jalanan menyanyikan lagu ulang tahun didepanku ketika
Chanyeol memintaku menemaninya bermain basket bersama Jong Dae pukul 5 pagi
hari. Aku yang masih setengah sadar karena bangun tidur, mencoba mencerna apa
terjadi didepan mataku saat ini.
“Selamat ulang tahun, Eunji-ah.” Jong Dae mendatangiku dengan badannya yang penuh keringat.
“Selamat ulang tahun,
Park Eunji.” Chanyeol menyusul dari belakang dan duduk disampingku, ia sengaja
menempelkan lengannya yang berkeringat pada lenganku yang masih berpiyama.
Kontan aku bergidik ketika keringat Chanyeol meresap di kain pajamaku. Membuat sebagian
lenganku ikut basah dan lengket.
“Eugh!. Minggir, Oppa. Menjijikkan!”
Pengamen itu masih
menunjukkan keahlian mereka menyanyikan beberapa versi lagu ulang tahun
didepanku. Membuatku terpukau.
“Kalian yang menyuruh
mereka?” Dari kedua sudut mataku, dua lelaki yang kini duduk di kanan dan
kiriku menganggukkan kepala mereka.
“Keren, kan?” Suara
Jong Dae membuatku menoleh kearahnya.
“Terimakasih, Jong Dae-ah.”
“Tak ada ucapan
terimakasih untuk Oppa-mu?”
Aku mencium singkat
pipi Chanyeol dan mengucapkan terimakasih padanya.
Setelahnya matahari
mulai menyinsing naik. Aku yakin hariku
akan indah untuk sehari ini.
.
Kulihat Chanyeol membawa
sebuah kue ulang tahun dengan dua lilin putih dan dua lilin merah diatasnya.
“Selamat ulang tahun ~
. Selamat ulang tahun ~” ia bersama teman-teman lain menyanyikan lagu itu
untukku.
“Kenapa lilinnya cuma empat
buah?”
“Kau benar-benar tak
bisa menebak kalau dua lilin merah dan dua lilin putih itu artinya 22?” Jong
Dae mengacak rambutku pelan. Gemas.
Acara ulang tahunku
hanya dihadiri oleh beberapa kawan saja, itu pun mereka pamit pulang setelah
waktu menunjukkan pukul 9 malam. Meskipun pesta sudah usai, energi yang dimilik
Chanyeol dan Jong Dae seakan tak pernah habis. Mereka masih senang menyanyikan
berbagai lagu terutama lagu ulang tahun untukku.
Meskipun hanya mereka
berdua, namun nyanyian merek terasa sudah memekakkan telinga karena suara
mereka yang seperti terompet berisiknya. Aku tersenyum memperhatikan dua
manusia berjakun itu dalam diam. Membiarkan mereka memeriahkan pesta kecil
ulang tahunku dengan kebisingan mereka malam ini.
.
“Eunji-ah, bisa kita ngobrol sebentar?” Kata
Jong Dae tiba-tiba
Chanyeol mendorong
tubuhku kearah Jongdae dengan smirk menyebalkan
miliknya.
“Boleh.” Jawabku
singkat seraya menjajari langkah Jongdae.
Jong Dae membawaku
menepi di dekat air mancur yang ada di taman itu. kami berdua duduk bersisihan
dalam diam. Jong Dae masih belum membuka obrolan kami, sedangkan aku masih
malas memulainya.
Terlebih gemericik air dan butiran bintang yang berkerlipan
diatas sana lebih menarik perhatianku.
“Eunji-ah …” Jong Dae akhirnya memanggilku
setelah sekian lama kami saling duduk berdiam diri.
“Ya?” Aku memandangi
dua manik hitam mengkilat itu dengan tenang dan sabar. Bibir Jong Dae membuka
dan menutup seakan hendak merangkai kalimat yang pas untuk mengatakan sesuatu
yang penting.
“Apa yang mau kamu
bicarakan, Jong Dae-ah?”
“Menurutmu bagaimana
cerita cinta yang kau idamkan?” Jawab Jong Dae.
“Hmmm, pertanyaanmu
lumayan aneh, tau.”
Aku mengadu dua alisku
dan mempertajam mataku pada dua manik milik Jong Dae, ia terlihat kikuk.
Pertanyaan
Jong Dae memang lumayan aneh dan susah, aku tak pernah memikirkannya
sebelumnya. Aku mengalihkan pandanganku dari Jong Dae, Kukerucutkan bibirku
sembari menelengkan kepalaku ke arah kanan dan melihat kearah langit seolah
disana terdapat jawaban yang aku butuhkan.
“Aish, pertanyaanmu
susah dan aneh, Jong Dae. Memangnya kenapa sih? Kau sedang jatuh cinta?” Tak
kusangka wajah Jong Dae memerah setelah aku menyanyakan hal itu padanya.
“Sudah jawab saja
pertanyaanku tadi.”
“Bagaimana ya?
Sepertinya kisah cinta karena pandangan pertama sangat romantis.”
“Oh, jadi kau suka
kisah cinta pandangan pertama ya?”
“Hmmm, bisa dibilang
begitu. Kau sendiri?” Aku balik menanyainya. Tanpa aku ketahui alasannya, aku
juga ingin tahu kisah cinta seperti apa yang diidamkan oleh sahabat Park Eun Ji
ini.
“Aku tak begitu yakin.
Bagiku mencintai itu berhubungan dengan feeling,
jika sekali bertemu aku sudah menaruh feel
pada gadis itu maka bisa dibilang aku jatuh hati padanya. Namun, terkadang
butuh waktu juga untukku menyadari bahwa aku memiliki feel yang dalam pada gadis itu.”
“Jawabanmu cukup
impressif juga.” Kemudian aku tertawa setelah mengatakannya.
Bukan maksudku mengejek
Jong Dae karena kata-katanya, tetapi aku merasa itu lucu ketika melihat wajah seorang
Jong Dae yang menurutku selalu mengundang tawa, juga hobinya yang ngetroll itu tiba-tiba mengeluarkan
kata-kata bijak.
“Kenapa kau selalu
menertawaiku sih, Eunji-ah. Apa aku
seperti badut bagimu?”
“11:12 lah sama badut,
Jong Dae.” Aku semakin terkikik dibuatnya.
“Nih, kado buat kamu.”
Jong Dae menyodorkanku sebuah kotak segi empat yang lumayan mungil. Membuat
tawaku seketika mereda.
“Aku buka ya, Jong
Dae?” dan lelaki itu hanya membalasku dengan anggukan saja.
Sebuah gelang berwarna
putih dengan sembilan huruf membentuk namaku, Park Eun Ji, melingkar indah
ketika kukenakan di tangan kananku. Tiap huruf itu memancarkan kilauan permata
imitasi (pastinya) yang membuat gelang itu semakin indah.
“Wah, Indah sekali.
Terimakasih, Jongdae-ah. Kau sahabat
terbaikku.” Ucapku padanya. Masih dengan memegangi kilauan yang dimunculkan
oleh kesembilan huruf itu. Aku selalu senang apapun yang Jond Dae berikan
untukku.
“Eunji-ah, apa kau tak pernah berfikir akan
mencintai sahabatmu sendiri suatu hari nanti?”
Ucapan Jong Dae sontak
membuat seluruh perhatianku kembali ke kedua matanya yang tak sedang menatapku
itu. A…apa maksud perkataan si troll ini
sih?
“Jong Dae-ah, lihat mataku.” Dan dia menurutiku,
memperhatikan mataku dengan kedua matanya. Disana aku melihat dua matanya
semakin bersinar dari beberapa menit yang lalu ketika kami berdua duduk di
sini.
Dia
sungguh-sungguh.
“A … Apa maksud
pertanyaanmu tadi, Jong Dae-ah?” Tanyaku
kembali tanpa mengalihkan pandangan mataku sedikit pun darinya.
Namun, pertanyaanku itu
dijawab dengan sengatan hangat di bibirku dalam waktu singkat. Membuatku
terkejut dan linglung atas apa yang baru saja terjadi.
~*~
Aku menimang-nimang
kembali parfum gulali yang sekarang sudah terisi penuh lagi, pertanda bahwa
perjalananku akan berlanjut dan kisahku sebagai seorang Park Eun Ji sudah
waktunya kuakhiri.
Segala yang aku dan
Jong Dae lewati 10 menit lalu masih melekat erat di memoriku. Bagaimana lelaki
itu berkata ‘Saranghae’ dengan
pipinya yang bersemu merah.
Aku mengantuk, tapi aku
harus bergegas menyemprotkan parfum itu sebelum terlelap. Aku sudah rindu
dengan hari-hariku sebagai Ahn Seung Ah. Aku ingin menjadi Ahn Seung Ah lagi.
Terimakasih
telah memberiku hari-hari yang berarti, Kim Jong Dae. Dan juga Park Chanyeol.
***
- October 26, 2013
- 4 Comments