ANNIVERSARY DAY
August 28, 2013
=======================================================================
“Kau kenapa sih?.” Lelaki itu
mengetuk-ngetukkan jemari-jemarinya dipermukaan meja dengan ritme random
kemudian menggaruk-garuk sendiri kepalanya dengan acak.
“Ini vanilla berry milkshake dan
mochafloatnya. Silakan menunggu pesanan burger dan twisternya.” Seorang lelaki
dengan senyum teduh berpakaian kembar dengan petugas kafe lain membawakan
senampan berisi minuman yang telah dipesan lelaki itu.
Tanpa aba-aba
maupun respon ‘terimakasih’ untuk si pelayan, lelaki itu langsung menyambar
minumannya dan dengan kasar diseruputnya vanilla berry milkshake plus satu scoop eskrim coklat diatasnya
tergesa. memang hampir tiap pengunjung yang ia kenal beropini bahwa kafe
pilihannya siang ini sangat cozy dan nyaman, tapi nampaknya tidak baginya siang
ini—setidaknya wajah menekuk dari kekasihnya sudah mewakili perasaannya yang
beropini siang ini suasana pun tak nyaman meski
di
kafe yang katanya cozy
ini.
Seolah tak
mendengar, gadis itu terus menyesap mocha float dan mengacak-acak handphonenya
dengan jemari lentiknya. Nampak rileks.
“Ayo lah,
katakan sesuatu. Aku salah apa? Kau tau kan, aku tak sesensitif dirimu.” Lelaki
itu masih berusaha sabar menanggapi gadis itu namun reaksinya tetap saja nihil.
Merasa masih tak
mendapatkan respon apapun, didorongnya wajah dan tubuh sebatas dadanya ke
permukaan meja agar lebih dapat memperhatikan si gadis lebih lekat.
“Aku akan terus
begini hingga kau menjelaskan apa kesalahanku.”
.
.
“Sudahlah tak
perlu bertindak seperti bayi, JongIn.” Kelima jemari yang semula menari diatas
layar ponselnya kini beralih mendorong salah satu bahu dan sebelah tangannya
mendorong wajah pemuda itu agar beringsut mundur.
Tak ada pilihan
lain bagi Jongin selain memundurkan dirinya untuk membiarkan punggungnya
mencium sandaran kursi.
“Baiklah. Jadi
tolong katakan apa salahku yang
membuatmu benar-benar mengacuhkanku? Aku paling
tak suka dihiraukan seperti ini.” Tangannya menyilang didepan dada bidangnya
demi menunggu si gadis mengucapkan sesuatu untuknya.
Hufh.... sebuah
desahan berat-lah yang pertama kali terdengar oleh Jongin dari gadis itu.
“Jonginnie, kau
tahu tidak ada yang berbeda dengan diriku hari ini?.” Walapun nada bicaranya
dibuat sehalus mungkin, namun si gadis tak dapat menyembunyikan ekspresi
jengkelnya pada lelaki yang kini duduk didepannya.
“Apa? Bagiku kau
selalu cantik.” Ujarnya dengan kerlingan mata. Namun pujiannya berbanding
terbalik dengan apa yang ada dipikirannya, si gadis hendak melempar dua tangkai
mawar merah beserta pot lencir nan tingginya untuk si lelaki—walaupun akhirnya
terhenti ketika pot itu hendak menabrak tangan si lelaki yang digunakan sebagai
tameng.
“Aishh.... oke,
baiklah. Kalau begitu sekarang aku tanya padamu. Sekarang tanggal berapa dan
hari apa?.” Si gadis mengertak-gertaknya kesepuluh jari lentiknya ke atas meja
kayu bundar dan menatap lurus sejajar dengan mata si lelaki.
“Sekarang
tanggal 21 september 2013 hari selasa. Kenapa memangnya?.”
Si gadis nampak
memijit kepalanya ringan, wajahnya mulai memerah.
“Kau ingat nggak sih kalo hari
ini ...”
“Maaf
mengganggu. Ini burger dan twisternya.” si lelaki berseragam kembali tiba-tiba
berdiri ditengah perbincangan panas kedua pasangan itu.
“Aish. Kau
menggangu tau! Kenapa muncul lagi diwaktu yang gak tepat?!.” Jongin yang semula
sudah disulut mood suntuk akhirnya meluapkan emosinya kepada lelaki berseragam
kafe itu.
“Cepat minta
maaf dulu, Jongin. Kau gak sopan!” akhirnya lagi-lagi Jongin tak ada pilihan
selain memenuhi permintaan kekasihnya “Maafkan saya”.
“Sebutkan
namanya juga, Jonginnie!” perintah si gadis lagi.
Jongin tak habis
pikir dengan perintah kali ini. Bagaimana
aku bisa tau namanya? Wajahnya saja baru kali ini aku lihat! Rutuknya dalam
hati. Namun, otaknya berpikir dua kali lebih cepat. Ia menemukan tulisan ‘LAY’
tercetak di papan nama mungil pelayan itu.
“Maafkan aku,
Lay-sshi” Jongin mengucapkannya
dengan wajah tertunduk. Sedangkan Lay—si pelayan itu—hanya menyunggingkan
senyum ramah sebelum kemudian membungkuk 90 derajat untuk berpamit ke dapur.
.
.
Setelah
kepergian si pelayan, Jongin kembali memfokuskan diri ke arah gadisnya. Persetan dengan permintaan maaf yang ia
sampaikan kepada pelayan tadi.
“NIH?!!” gadis
itu memberikan Jongin selembar foto berukuran A5.
Disana jongin
menemukan gambar dirinya dan gadis itu duduk disalah satu taman bersama. Pastinya sekelebat kenangan saat pengambilan gambar
itu memberondong masuk dalam ruang kosong otaknya saat ini.
“Lihat tulisan
dibelakangnya.” Kata gadisnya
judes
Dan ... yang
benar saja, dibalik foto disana
tertulis ‘Jongin & Lie, anniversary
day: 21 September 2009’.
Dan mahakarya
pena bertinta emas itu sukses membuat Jongin terhenyak dalam waktu singkat.
Oh, God! Bagaimana bisa otakku menjadi sangat pilon didepan Li untuk hari ini!
Lelaki itu
nampak meremas-remas kepalanya gemas. Vanilla berry milkshake kegemarannya plus
twister tak lagi menggairahkan nafsu makannya.
“Aku gak jadi
lapar deh. Aku mau pulang.”
Gadis itu mulai
menegak berdiri namun ia berdiri sejenak dan kembali berujar “Oya, kalau kamu
perhatiin lebih jeli. Aku pakai eyeliner warna coklat Cuma buat hari spesial
yang bahkan kamu pun lupa!”.
Dan bagaimana aku bisa tak tahu dia pakai eyeliner
coklat!
Sial!
Dan untuk sekali
lagi, hari ini pun Jongin tak punya pilihan lain selain berlari menyusul si
gadis yang langkahnya mulai mendekati pintu keluar kafe.
—selesai—
0 komentar